Minggu, 23 Oktober 2016

ANJURAN BERDAMAI

ANJURAN PERDAMAIAN

Perhatikan firman Allah Swt berikut ini:

وَإِن طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا فَإِن بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَى فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّى تَفِيءَ إِلَى أَمْرِ اللَّهِ فَإِن فَاءتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ -٩-
Artinya: “Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. kalau dia Telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.
“Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.(QS.Al-Hujurat:9)
Surah Al-Hujurat ayat 9 diturunkan berkenaan dengan suatu masalah , yaitu bahwa Nabi Saw pada suatu hari menaiki keledai kendaraannya, lalu ia melewati Ibnu Ubay, ketika melewatinya tiba-tiba keledai yang dinaikinya itu kencing, lalu Ibnu Ubay menutup hidungnya, maka berkatalah Ibnu Rawwahah kepadanya:” Demi Allah, sungguh bau kencing keledainya jauh lebih wangi daripada bau minyak kesturimu itu”, dan diantara  kaum keduanya pernah saling baku hantam dengan tangan , terompah dan pelepah kurma.
Asy Syaikhain telah mengetengahkan sebuah hadits yang bersumber dari Anas ra, bahwasanya Nabi Saw pada suatu hari mengendarai keledai kendaraannya dengan tujuan menemui Abdullah Ibnu Ubay, Abdullah Ibnu Ubay berkata : “menjauhlah dariku, karena sesungguhnya bau keledaimu menyesakkan hidungku,” Berkatalah salah seorang dari kalangan sahabat anshar dengan menjawabnya:”Demi Allah, bau keledainya sungguh lebih enak daripada bau tubuhmu,” salah seorang dari kaumnya Abdullah menjadi marah mendengar perkataan itu dan akhirnya teman-teman dari kedua orang itu saling bersetegang, maka pecahlah perkelahian seru di antara kedua belah pihak mereka saling baku hantam dengan pukulan dan terompah. Lalu turunlah ayat ini berkenaan tentang peristiwa mereka itu, yaitu : Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya!....
Oleh sebab itu kita sebagai umat Islam punya kewajiban mendamaikan sauradara-saudara kita sesama umat Islam apabila mereka berperang atau pun bermusuhan, buat nota perdamaian diantara keduanya, apabila disuatu saat salah satu melanggar nota perdamaian maka mereka yang melanggar itu boleh diperangi sampai mereka sadar kembali dan damaikanlah mereka kembali dengan sama-sama diberi keadilan agar diantara kedua belah pihak bisa menerimanya. Kenapa kita mendamaikan saudara kita dengan adil, karena Allah Swt mencintai orang-orang yang berbuat keadilan.


Gambar kerusuhan yang menimbulkan korban nyawa dan harta benda !

Lihatlah dan bukalah mata kita ! sekarang ini betapa mudahnya umat Islam saling bunuh, tauran dimana-mana, bentrokkan antar massa juga sering terjadi, berkelahi tanpa sebab yang jelas, bahkan karena sebatang rokok saja orang bisa membunuh saudaranya sesama muslim, kerusuhan akibat kalah dalam pemilu , ini tentunya sangat riskan sekali. Apa yang telah terjadi pada umat Islam sehingga mudah sekali menghilangkan nyawa orang lain,padahal Allah Swt telah menyatakan bahwa umat Islam itu adalah bersaudara,seperti firman-Nya : Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. kenapa kita harus bermusuhan, saling hasud dan iri hati padahal itu bukanlah ajaran Islam. Oleh sebab itu masalah Ishlah ini kita tegakkan kembali agar dapat meminimalkan tindakan anarkisme dikalangan umat. Takutlah kepada hukuman Allah diakhirat kelak , siapa yang benar-benar bertakwa kepada-Nya pasti  kita akan mendapatkan rahmat-Nya.
Masih ingatkah kita tentang pemberontakan GAM di Nangrue Aceh Darussalam yang juga banyak menimbulkan korban, kerusuhan di Ambon dengan pendekatan secara agama akhirnya mereka dan pemerintah sepakat untuk berdamai.



      ini adalah salah satu contoh slogan perdamaian !
            Sebagai seorang mukmin yang baik tentunya kita senantiasa menjaga perdamaian dan persatuan sesama umat dan antar umat beragama agar tercapai negeri yang damai dan penuh ketentraman didalamnya. Perdamaian itu sendiri akan bisa terwujud jika kita hanya berpegang pada tali Allah yakni Diin-Nya Allah dan tidak bercerai berai. Seperti firman Allah Swt dalam QS. Ali Imran : 103
Artinya :”dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”.

       Karakter yang ingin dibangun dari memahami ayat-ayat diatas adalah sebagai berikut :

1.      Damaikanlah saudara kita sesama muslim apabila mereka berselisih paham
2.      Jangan saling bunuh membunuh atau berperang sesama umat Islam.
3.      Bersifat adillah dalam memutuskan suatu perkara, karena Allah mencintai orang-orang yang berbuat adil.
4.      Jagalah persaudaraan sesama umat Islam, karena umat Islam itu bersaudara.
5.      Bertakwalah kepada Allah Swt, karena kepada-Nya kita akan kembali.
6.      Berpegang teguhlah kepada agama Allah  dan jangan bercerai berai.
7.      Berpegang teguhlah kepada Al-Qur’an, karena dengan ia lah kita akan bersatu.
Jadi yang dapat menyatukan umat muslim dimuka bumi hanyalah Diin-Nya Allah melalui Al-Qur’an . Disini Allah Swt menegaskan kembali bahwa hanya Dialah yang dapat menyatukan hati orang-orang beriman. Jadi siapa yang mau berpegang teguh dengan berkomitmen hanya kepada Allah dengan berpola rasa, pola pikiran dan pola tindakannya dengan Al-Qur’an, maka orang itu tidak akan tercerai berai, sebab Al-Qur’an itu bagaikan tali yang mengikat agar tak tercerai berai.wallahu a’lam.
 TERMINO :
Ø  Sholaha adalah baik, bagus, perdamaian; suatu usaha untuk mendamaikan orang yang berperang atau bertengkar agar rukun kembali.
Ø  Qatala adalah membunuh, peperangan atau pertempuran; suatu keadaan saling bermusuhan antar individu atau kelompok.
Ø  Qasitu adalah berlaku adil, keadilan; memerankan sifat Allah yang Maha Adil dalam menegakkan suatu hukum.
Ø  Ikhwatun adalah saudara atau sahabat , yaitu pertalian darah atau keimanan sesama manusia ciptaan Allah Swt.



                  WAHAI SAUDARA-SAUDARA KAMI YANG MASIH BERTIKAI BERDAMAILAH 
                                                           KARENA DAMAI ITU INDAH !

<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-6303669560088871"crossorigin="anonymous"></script>


BERBAKTI KEPADA ORANG TUA

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA

Firman Allah Swt :
وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيماً -٢٣- وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيراً -٢٤-
Artinya :”Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil".( QS.Al-Isra :23-24
Pada  QS. Al-Israa ayat 23 Allah Swt menjelaskan kepada kita bahwa prinsip pertama yang harus dimiliki adalah masalah keimanan kepada Allah Swt, agar kita senantiasa meng Esakan-Nya pada semua pola pikir, pola rasa dan tindakan hanya Allah Swt saja yang Maha Esa, karena ia merupakan prinsip ajaran Islam yang paling mendasar, berdampingan dengan perintah berbuat baik dengan kedua orang tua, hal ini menunjukkan betapa pentingnya berbakti kepada kedua orang tua. Hal itu dijelaskan pada ayat 23 ini : “Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.

Al-qur’an menjelaskan bahwa salah satu contoh kebaikan terhadap kedua orang tua dengan mengatakan jika salah satu dari mereka atau kedua-duanya mencapai usia lanjut dan hidup bersama kita, yakni jika mereka memerlukan perawatan terus-menerus, janganlah kita sampai mengabaikan budi mereka selama ini dan menunjukkan sikap tidak suka, mencela apalagi menghina mereka. Artinya janganlah kita sampai mengeluarkan kata-kata yang menunjukkan perasaan tidak suka kepada mereka. Jangan sampai kita berteriak kepada mereka, mengucapkan kata uff/ ah kepada orang tua tidak dibolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu, melainkan berbicaralah kepada mereka dengan lemah lembut ,santun dan penuh hormat.
Pada QS. Al-Israa ayat 24 Allah Swt menjelaskan lagi kepada kita bahwa dalam kata-kata dan perbuatan, usahakanlah sebaik-baiknya untuk bersikap rendah hati terhadap orang tua. Yang dimaksudkan Al-qur’an dengan kata dzull bukanlah kehinaan melainkan kelemah-lembutan dan kerendahan hati dan ketaatan setinggi-tingginya kepada kedua orang tua.
Allah Maha kuasa memerintahkan kita agar melindungi kedua orang tua dengan penuh kelembutan , cinta dan kemurahan hati seraya memberi mereka perlindungan dan merawat mereka sebagaimana mereka pernah merawat kita sewaktu kecil.
Oleh karena itu, berdo’alah untuk mereka dan mohonlah kepada Allah agar melimpahkan rahmat dan ampunan-Nya kepada mereka sebelum dan sesudah wafat, hal ini dilakukan agar kita senantiasa mengingat akan jasa mereka ketika kita masih kecil. Namun begitu, do’a ini hanya layak dipanjatkan jika keduanya memang termasuk orang-orang yang beriman, sebagaimana firman Allah Swt :
وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِى صَغِيْرًا
Artinya:” Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil".
Firman Allah dalam ayat  yang lain :
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ -١٣- وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْناً عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ -١٤-
Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu.(QS.Luqman:13-14)
Pada QS. Ayat 13 menjelaskan hal yang terpenting dalam mendidik anak adalah menanamkan keimanan kepada Allah Swt dan tidak musyrik kepada Allah , karena kemusyrikan itu kezhaliman yang besar dan merupakan dosa yang tidak ada ampunannya, dengan kuatnya iman seorang anak maka akan lebih mudah untuk mendidiknya kejalan yang benar dan merupakan aset anak yang shaleh yang sangat berguna bagi kedua orang tuanya. Sedangkan pada QS. Luqman ayat 14 Allah memerintahkan dan menjelaskan betapa pentingnya kita berbakti kepada kedua orang, terutama kepada ibu, karena dialah yang mengandung kita dengan penuh kesusahan selama Sembilan bulan lebih dan di tambah lagi dengan menyapih atau menyusuinya selama dua tahun, hal itu adalah suatu keadaan yang sangat melelahkan dan memerlukan pengorbanan yang sangat besar pula.
Ibu ( ummi ) adalah sosok seorang perempuan yang kepadanyalah Allah Swt menitipkan asma-Nya yakni Ar-Rahiim, karena hanya perempuanlah yang diberi Rahiim, sebagai tempat proses jabang bayi. Seorang perempuan yang menerapkan sifat Ar-Rahiim ini maka ia akan menerima dengan apa yang dimiliki dengan lapang hati untuk mencapai ridho Allah Swt. Coba kita lihat dengan seksama betapa seorang ibu yang sedang mengandung anaknya, mereka menjaga dan merawat dengan sepenuh hati dan lapang dada agar kemudian anaknya lahir dengan selamat dan sehat yang menjadi dambaan dari setiap orang tua. Setelah lahir anaknya mereka kemudian mengasihi anaknya dengan memberi berupa asi karena bertanggung jawab atas perkembangan anaknya. Itulah sifat seorang ibu yang memerankan sifat Allah Ar-Rahman dan Ar-Rahiim terhadap anaknya, maka sudah sepantasnya kita sebagai anak berbakti kepada mereka berdua sebagai tanda kita bersyukur kepada allah Swt dan berterima kasih kepada orang tua, sebagaimana yang dijelaskan Allah Swt : “bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu,”.
 Sebegitu pentingnya berbakti kepada kedua orang tua, terlebih lagi kepada ibu, Rasulullah Saw bersabda :
Artinya :”Dari Abu Hurairah ra, dia berkata, datang seorang lelaki kepada Rasulullah Saw, dia bertanya:’ Wahai Rasulullah, siapa orang yang paling berhak aku pergauli dengan baik ? ‘beliau menjawab : ialah ibumu, dia bertanya :’kemudian siapa ? beliau menjawab : ‘ibumu, dia bertanya: ‘kemudian siapa ? beliau menjawab : ‘ibumu, dia bertanya lagi :’ lalu siapa ? beliau menjawab : ialah bapakmu.” ( HR. Bukhari dan Muslim )
Al-Quran yang mulia juga mengatakan : “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan     susah   payah.  Mengandungnya   sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni’mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal Yang shaleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan kepada anak cucuku,Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri. Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka.” (QS Al-Ahqaf [46] : 15-16)
Pada QS. Luqman ayat 15 Allah Swt,berfirman yang artinya: “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan.
  Ayat diatas menjelaskan batasan ketaatan kepada kedua orang tua yakni kalau kedua orang tua kita menyuruh atau mengajak kita kepada kemusyrikan atau perbuatan maksiat lainnya, maka kita sebagai anak wajib tidak taat kepadanya. Selama keduanya menyuruh kepada kebaikan maka kita sebagai anak wajib mentaatinya, inilah batasan yang harus kita perhatikan dalam bergaul dengan mereka. Jika dalam pergaulan sehari-hari kita menemukan mereka dalam kemusyrikan atau dengan istilah lain kita beda agama dengan mereka, maka kita sebagai anak tetap bergaul dengan  baik dengan mereka sebagai bentuk bakti kita kepada mereka, namun sebatas pergaulan dunia saja, tetapi kalau sudah masalah aqidah kita maka wajib bagi kita tidak mentaati mereka.
Dalam sebuah hadits Nabi Saw bersabda :
Artinya :” Ridho Allah tergantung ridho kedua orang dan murka Allah tergantung murka kedua orang tua”.
            Karakter yang ingin dibangun setelah memahami ayat-ayat diatas adalah sebagai berikut :
1.      Mengabdilah hanya kepada Allah, karena hanya Dia lah satu-satunya tujuan hidup kita.
2.      Berbaktilah kepada kedua orang tua, karena ridho Allah Swt, tergantung ridho keduanya.
3.      Taatlah kepada keduanya selama tidak menyuruh kepada kemaksiatan.
4.      Berkatalah dengan lemah lembut, jangan berkata-kata yang kasar kepada keduanya.
5.      Bersifat tawadhu atau rendah hati, jangan bersifat sombong.
6.      Senantiasa mendo’akan kedua orang tua.
7.      Berterimakasih kepada kedua orang tua, dengan cara itu berarti kita juga bersyukur kepada Allah Swt.
8.      Bergaullah dengan baik dengan orang tua, sekalipun berbeda keyakinan.
9.      Tanamkan dalam hati, bahwa kita akan kembali kepada Allah Swt.

            Ingatlah ! kita hadir kemuka bumi karena sebab adanya kedua orang tua , tiada kebahagian seorang anak tanpa adanya ridho dan kasih sayang orang tua, maka berbaktilah  kepada mereka agar kita termasuk ahli surga.

TERMINO:

Ø  Ummi adalah orang yang melahirkan kita
Ø  Birrul Walidain adalah berbuat baik kepada kedua orang tua
Ø  Huquuqul Walidain adalah durhaka kepada kedua orang tua
Ø  Rahman adalah Maha Pengasih ( Sense of Responsibility )
Ø  Rahiim adalah Maha Penyayang ( Sense of Belonging )
Ø  Syukur adalah mengumpulkan, menyatu, fokus
Ø  Ridho adalah tanpa keluh kesah
Ø  Ikhlas adalah tanpa beban

<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-6303669560088871"crossorigin="anonymous"></script>



Senin, 17 Oktober 2016

SIKAP SEORANG MU'MIN

SIKAP SEORANG MU’MIN
Ayat pertama Qs.An-Nisa ayat 136
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ آمِنُواْ بِالله وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَى رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِيَ أَنزَلَ مِن قَبْلُ وَمَن يَكْفُرْ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيداً -١٣٦
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada Kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta Kitab yang Allah turunkan sebelumnya. barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu Telah sesat sejauh-jauhnya”.(QS.An-Nisa :136 )
Pada QS.An-Nisa ayat 136 Allah  Swt menjelaskan bahwa orang-orang yang beriman itu hendaknya senantiasa meneguhkan keimanannya kepada Allah Swt. Iman kepada Allah artinya meyakini sepenuh hati bahwa hanya Allah saja yang Esa tidak ada tuhan selain Allah, atau dengan istilah lain kita selalu aman bersama Allah Swt karena arti iman itu sendiri mempunyai arti aman,  seseorang yang memiliki iman yang kuat tentu jiwa dan raganya senantiasa merasa bersama Allah Swt dimanapun dia berada. Jika telah demikian maka segala gerak-geriknya dia merasa diawasi oleh Allah Swt dan menancaplah keimanannya kepada Allah tak seorangpun yang dapat menggeserkan keimanannya bahwa hanya Allah saja satu-satu tuhan yang tiada serikat bagi-Nya. Sehingga seorang mukmin yang dia berkata : “Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."(Al-Ikhlas: 1-4 )
Orang-orang yang beriman juga harus meneguhkan keimanannya kepada Rasul-Nya. Iman kepada Rasul berarti meyakini sepenuh hati bahwa Allah ada mengutus para Nabi dan Rasul yang diberi tugas untuk menyampaikan risalah-Nya.

Alam semesta saja mengesakan Allah Swt, mengapa manusia melalukan kemusyrikan !
Dengan istilah lain juga bisa dikatakan bahwa iman kepada Rasul berarti aman bersama Rasul. Allah tidak pernah membiarkan umat manusia berjalan tanpa arah, sehingga menjadi sesat. Dalam setiap umat atau komunitas manusia Allah lahirkan seorang imam atau pemimpin yang menjadi pembuka jalan dan penunjuk arak menuju kebaikan. Pemimpin itu dizaman dahulu adalah seorang Rasul yang diutus Allah, karena setiap umat itu ada Rasulnya seperti yang dujelaskan Allah dalam QS. Yunus yang artinya : “Tiap-tiap umat mempunyai rasul; Maka apabila telah datang Rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikitpun) tidak dianiaya”.( QS.Yunus: 47 ) Tujuan Allah mengutus Rasul dan menjadikan mereka sebagai pemimpin sesungguhnya ada maksud yang sangat agung yaitu menjadi pemimpin yang harus diteladani karena mereka mengantarkan manusia menuju hidup yang benar bertujuan kepada Allah , berakhlak mulia dan peka terhadap lingkungan sebagaimana yang dijelaskan dalam QS. Al-Anbiya ayat 73 :”Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan hanya kepada kamilah mereka selalu menyembah”,( QS. Al-Anbiya : 73 )
Orang yang beriman dengan Rasul akan senantiasa berusaha meneladani sifat-sifat mereka yang terpuji benar/ jujur, menyampaikan ( matang ), cerdas dan dapat dipercaya, empat sifat inilah yang menjadi acuan agar kita berhasil dunia dan akhirat.
Sikap seseorang yang beriman adalah meneguhkan keimanannya kepada kitab-kitab-Nya. Iman kepada kitab artinya kita menyakini sepenuh hati bahwa Allah ada menurunkan beberapa kitab sucinya kepada Nabi dan Rasul-Nya yang wajib disampaikan kepada umatnya sebagai petunjuk hidup atau dengan istilah lain kita harus aman bersama kitab-kitab Allah Swt. Petunjuk Allah yang diberikan kepada Nabi dan Rasul adalah wahyu Allah sebagai kitab pegangan dan menjadi rujukan bagi umat manusia. Sebagaimana yang telah kita ketahui kitab-kitab suci itu adalah Taurat diturunkan kepada Nabi Musa as, Zabur diturunkan kepada Nabi Daud as, Injil diturunkan kepada Nabi Isa as dan Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.
Bagi kita ummat Nabi Muhammad Saw, maka kita harus beriman kepada kitab Al-Qur’an yang terdiri dari 30 juz, 114 surah dan 6236 ayat. Barangsiapa yang membacanya akan mendapatkan kualitas, memahami dan mengamalkan isinya akan dijamin selamat dunia dan akhirat, sukses dan bahagia. Bagi orang yang beriman Al-Qur’an berfungsi :
1.      Sebagai Hudallah artinya petunjuk Allah Swt, oleh karena itu kita mempunyai kewajiban mempelajari dan memahaminya untuk kemudian diterapkan dalam perilaku hidup sehari-hari.
2.      Sebagai Hudal Linnas artinya petunjuk bagi manusia, mengapa manusia perlu petunjuk karena naluri yang benar adalah naluri yang muncul atas bimbingan Al-Qur’an dan cara bertindak yang benar adalah cara yang dijelaskan oleh Al-Qur’an. Petunjuk Al-Qur’an itu berlaku universal untuk semua manusia dalam rangka melindungi 5 asas kehidupan, yaitu : melindungi agama dan keyakinan, melindungi harga diri dan kehormatan, melindungi akal dan kecerdasan, melindungi harta benda dan kekayaan, melindungi hubungan manusia dan anak keturunan.
3.      Sebagai Hudal Lilmuttaqin artinya petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Orang yang menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya maka akan senantiasa dipelihara oleh Allah Swt, karena akar kata dari muttaqin adalah waqa yang artinya memelihara, jadi barangsiapa yang merawat dirinya dengan ketaqwaan maka ia akan senantiasa dipelihara oleh Allh bahkan Allah menjamin kehidupannya dengan keberkahan dari langit dan bumi.


Bagi orang-orang yang beriman sikap yang harus dipelihara adalah beriman dengan Malaikat-malaikat-Nya. Iman kepada malaikat-Nya berarti kita meyakini sepenuh hati bahwa Allah ada menciptakan makhluk yang tercipta dari cahaya yang di beri tugas untuk mengatur dan memelihara alam semesta termasuk didalamnya manusia atau dengan istilah lain kita senantiasa aman bersama dengan  malaikat-malaikat Allah Swt. Malaikat adalah abdi-abdi Allah yang senantiasa beribadah kepada-Nya dengan ikhlas. Dalam keimanan seorang mukmin hendaknya senantiasa meneguhkan keimanan dengan para malaikat Allah ini karena mereka itu selalu berdampingan dengan kehidupan manusia dan bagi kita wajib beriman dan mengetahui 10 malaikat-malaikat dibawah ini:
1.      Jibril as, malaikat yang memiliki tugas /fungsi sebagai penyampai wakyu Allah kepada Nabi dan Rasul-Nya.
2.      Mikail as, malaikat yang memiliki tugas/ fungsi sebagai pemberi rezki.
3.      Israfil as, malaikat yang memiliki tugas / fungsi sebagai peniup sangkakala.
4.      Izrail as, malaikat yang memiliki fungsi sebagai pencabut nyawa.
5.      Munkar as, malaikat yang memiliki tugas / fungsi sebagai penanya dalam kubur.
6.      Nakir as, malaikat yang memiliki tugas/  fungsi sebagai penanya dalam kubur.
7.      Raqib as, malaikat yang memiliki tugas / fungsi sebagai pencatat amal kebaikan.
8.      Atid as, malaikat yang memiliki tugas / fungsi sebagai pencatat amal kejahatan.
9.      Malik as, malaikat yang memiliki tugas/  fungsi sebagai penjaga pintu neraka.
10.  Ridwan as, malaikat yang memiliki tugas / fungsi sebagai penjaga pintu surga.
Disamping mereka itu, Allah juga ada mengutus para malaikat-Nya untuk manusia dalam rangka tugas memelihara manusia, mereka disebut sebagai malaikat penjaga siang, malaikat penjaga malam dan malaikat penjaga siang dan malam. Ini membuktikan bahwa manusia itu tidak lepas dari pengawasan setiap malaikat. Bagi tiap-tiap manusia ada beberapa Malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran dan ada pula beberapa Malaikat yang mencatat amalan-amalannya. dan yang dikehendaki dalam hal ini ialah Malaikat yang menjaga secara bergiliran itu, disebut Malaikat Hafazhah.Oleh sebab itu sangatlah keliru kalau manusia masih melakukan kemaksiatan dan kejahatan padahal kita semua ini senantiasa mendapat pengawasan dari para malaikat tersebut, orang yang merasa dirinya senantiasa diawasi oleh malaikat maka dalam kehidupan sehari-hari ia akan senantiasa berhati-hati baik dalam berkata-kata maupun dalam berbuat.
Orang-orang yang beriman juga harus menenguhkan keimanannya kepada hari akhir. Iman kepada akhir mempunyai arti bahwa kita meyakini dengan sepenuh hati setelah kehidupan didunia ini ada kehidupan yang lain yaitu kehidupan diakhirat atau dengan istilah lain kita merasa aman diakhirat nanti. Rasa aman itu kita buktikan dengan berbagai amal sholeh untuk bekal menuju alam kesempurnaan, karena hari akhir itulah alam kesempurnaan. Orang yang beriman dengan akhir tentunya mempersiapkan diri dengan amal sholeh, bukti konkrit lain bahwa orang beriman dengan hari akhir adalah belajar sampai mati sebagaimana sabda Nabi Saw : “Tuntutlah ilmu dari buaian sampai keliang lahad”. Dengan belajar sampai mati menunjukkan adanya usaha untuk sampai kepada kesempurnaan dirinya mengisi waktu-waktu yang terus dilewati. Membuktikan bahwa kita beriman kepada Allah dan hari akhir harus dilakukan dengan tindakan sebagai berikut :
1.      Menyeru kepada hal-hal yang yang ma’ruf atau kebaikan.
2.      Mencecah dari hal-hal yang munkar atau keburukan.
3.      Menyegerakan kebaikan, kebergunaan atau bermanfaat.

Kurang lebih ada 19 kali pengulangan kata-kata Billahi wal yaumil akhir dalam Al-Qur’an sesuai dengan huruf Basmalah, hal ini menunjukkan bahwa untuk sampai kepada demensi kesempurnaan  atau akhir harus tetap merujuk kepada sang pemilik kesempunaan yaitu Allah Swt. Dengan demikian, orang yang beriman kepada hari akhir akan mempersiapkan dirinya dengan berbagai amal kebaikan dengan tujuan hanya kepada Allah Swt sebagai tujuan akhir hidupnya.
Pada QS. An-Nisa ayat 136 ini sebenarnya tersirat juga tentang memperteguh keimanan kepada Qadha dan Qadar Allah. Qadha adalah suatu ketentuan yang telah ditetapkan Alla pada tiap-tiap ciptaan-Nya, sedangkan Qadar adalah ukuran-ukuran atau takaran-takaran yang telah ditetapkan bagi makhluk-Nya. Beriman kepada Qadha dan Qadar berarti yakin bahwa apa yang sudah terjadi pada diri kita  adalah memang sudah ditentukan oleh Allah. Adapun qadha Allah yang belum terjadi pada diri kita maka kita tidak boleh menyerah dengan keadaan, kita harus terus berusaha dan mengejarnya sekalipun halangan dan rintangannya datang bertubi-tubi, janganlah kita menyerah pasrah tanpa usaha, dalam hal ini Allah menjelaskan dalam QS. Ar-Ra’du ayat 11 :” Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.
Tuhan tidak akan merobah Keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran mereka. Oleh sebab itulah kita diperintahkan untuk berikhtiar dalam menjalani kehidupan ini.
Salah satu Qadha atau ketentuan Allah adalah yang berjalan pada diri manusia adalah kematian, sedangkan Qadarnya atau ukurannya adalah usia. Setiap diri akan mengalami kematian, hanya saja ukurannya yang berbeda-beda dan tidak diketahui, ada yang dalam kandungan, baru dilahirkan, anak-anak, remaja, dewasa dan tua, bagi orang yang beriman hidup dan mati adalah sama karena Allah Swt.
Dengan demikian, mengimani adanya qadha dan qadar dalam sebuah terapan hidup adalah bagaimana mengisi moment-moment hidup ini sesuai dengan Qadha-Nya Allah , yaitu sebagaimana kita lahir dan tercipta oleh Allah dalam keadaan sempurna , maka Qadarnya adalah kita dapat mengembalikan kesempurnaan ciptaan Allah ini dengan tindakan atau akhlak yang sesuai dengan kehendak Allah juga.
Ayat kedua Qs. Al-Baqarah ayat 23
 وَإِنْ كُنتُمْ فِي رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُواْ بِسُوْرَةٍ مِّنْ مِّثْلِهِ وَادْعُواْ شُهَدَاءَكُمْ مِّنْ دُوْنِ اللهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِيْنَ -٢٣-
Artinya: “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang kami wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.
Dalam QS. Al-Baqarah ayat 23 Allah Swt menjelaskan kepada kita bahwa sikap orang beriman itu adalah mereka tidak meragukan kebenaran dari Al-Qur’an, karena ia merupakan wahyu Allah yang diturunkan-Nya kepada Nabi Muhammad Saw sebagai petunjuk hidup, penjelas dan pembeda bagi orang-orang yang bertaqwa bahkan bagi manusia secara keseluruhan.lihatlah penegasan Allah dalam QS.Al-Baqarah ayat 2 :
Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”.
Tuhan menamakan Al-Quran dengan Al kitab yang di sini berarti yang ditulis, sebagai isyarat bahwa Al Quran diperintahkan untuk ditulis. Taqwa Yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-perintah-Nya; dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja.
Dalam ini, Allah Swt juga menantang manusia yang meragukan kebenaran Al-Qur’an, agar membuat yang serupa dengannya, bahkan disuruh untuk mengumpulkan manusia membuatnya, jawabnya pasti tidak ada yang sanggup membuatnya, karena Al-Qur’an itu merupakan kalam Allah yang tiada tandingannya baik dari segi bahasanya, bahkan segi kandungannya.
Ayat ketiga Qs. Al-Baqarah ayat 24
 فَإِن لَّمْ تَفْعَلُواْ وَلَن تَفْعَلُواْ فَاتَّقُواْ النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ -٢٤-
Artinya: “Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) - dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir”.
Pada ayat 24 dalam surah yang sama, Allah Swt menjelaskan tantangan yang diberikan-Nya itu untuk membuat Al-Qur’an pastilah tidak ada satu orangpun yang sanggup membuat selama-lamanya disebabkan terhalang oleh mukjizat Al-Qur’an itu, Allah juga mengingatkan kita agar memelihara diri dari perbuatan itu dengan jalan beriman kepada Allah dan meyakini bahwa Al-Qur’an itu bukanlah ucapan manusia, bagi orang-orang yang nekat juga membuat Ayat-ayat paslu tersebut, Allah menyediakan bagi mereka neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu, karena dengan dua macam bahan bakar itu maka api neraka menjadi sangat panas dan tambah menyala yang disediakan bagi  orang-orang yang kafir atau ingkar dengan kebenaran Al-Qur’an. Oleh sebab itu tidak sepantasnya bagi orang-orang yang beriman meragukan kebenaran Al-Qur’an.
Ayat ketiga Qs. Al-Baqarah ayat 28
كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنتُمْ أَمْوَاتاً فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ -٢٨-
Artinya: “Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, Kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, Kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?”(QS. Al-Baqarah : 28 )

Pada QS.Al-Baqarah ayat 28, Allah menjelaskan lagi mengapa wahai manusia kata Allah engkau masih ingkar atau kafir terhadap-Ku padahal kamu sebelumnya mati atau tidak ada karena masih berbentuk mani dalam sulbi bapakmu kemudian kamu Kami hidupkan dalam rahim ibumu dengan cara meniupkan ruh kedalam tubuhmu, masihkah engkau ingkar akan keberadaan-Ku kata Allah. Ayat ini sesungguhnya mengingatkan kita bahwa kita sebagai manusia jangan ingkar kepada Allah karena Dialah yang telah menciptakan kita, bahkan ketika kita dalam rahim ibu ketika ruh telah ditiupkan kedalam batang tubuh manusia telah berikrar bahwa hanya Allah sajalah sebagai tuhannya, perhatikan QS.Al-A’raf ayat 172 yang artinya :”Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)".
Kesaksian kita kepada Allah Swt sebagai satu-satunya  tujuan sudah dilakukan sejak kita masih berada dalam rahim ibu. Maka tak ada satu pun manusia dimuka bumi ini yang tidak bersaksi kepada Allah, semua mengaku bahwa Allah  adalah tuhannya. Hal ini ditegaskan, bahwa sebenarnya manusia telah bersaksi tentang Allah sebagai tuhan dan tidak dapat disangkal oleh semua manusia dan tak ada celah untuk mengelak tentang perjanjian awal kita kepada Allah, itulah sebabnya kenapa Allah bertanya kepada manusia mengapa engkau wahai manusia masih kafir kepada Allah Swt. Kalau manusia masih ingkar juga dengan yang demikian, setelah engkau hidup dialam dunia apabila ajalmu telah sampai maka akan Ku-matikan lagi engkau wahai manusia, kemudian setelah lama engkau mati maka akan Ku-hidupkan kembali engaku apabila telah datang masa kebangkitan untuk mempertanggungjawabkan segala apa yang telah engkau perbuat didunia karena kepada Allah lah tempat kembali manusia. Disinilah titik kesadaran manusia seharusnya dimulai terutama sekali bagi orang-orang yang menyatakan dirinya telah beriman kepada Allah bahwa benar hanya Allah saja sebagai tuhan dan tujuan hidupnya.
Ayat ketiga Qs. Al-Baqarah ayat 208 dan 209
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ ادْخُلُواْ فِي السِّلْمِ كَآفَّةً وَلاَ تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ -٢٠٨- فَإِن زَلَلْتُمْ مِّن بَعْدِ مَا جَاءتْكُمُ الْبَيِّنَاتُ فَاعْلَمُواْ أَنَّ اللهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ -٢٠٩-
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.Tetapi jika kamu menyimpang (dari jalan Allah) sesudah datang kepadamu bukti-bukti kebenaran, Maka Ketahuilah, bahwasanya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.( QS. Al-Baqarah :208-209
Sementara itu dalam QS. Al-Baqarah ayat 208 dan 209 Allah memperingatkan kembali kepada orang-orang yang beriman agar masuk kedalam agama Islam secara keseluruhan jangan setengah-setengah, maksudnya jalankanlah syari’at Islam itu secara sempurna, sebagai contoh kerjakanlah sholat secara sempurna jangan lalai atau hanya sekedar menunaikan kewajiban saja tetapi praktekkanlah nilai-nilai sholat itu juga dalam kehidupan  sehari-hari. Janganlah mengikuti jejak langkah setan, artinya bermohonlah kepada Allah dari godaan dan tipu daya setan, karena setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia maka ia jangan sampai dijadikan sebagai teman. Apabila kamu telah tergelincir atau menyimpang dari ajaran Islam atau tidak dapat masuk secara keseluruhan kedalam syari’at Islam setelah datang bukti-bukti yang nyata berupa Al-Qur’an dan suri tauladan yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw bahwa ia adalah barang yang hak, maka ketahuilah bahwa Allah Maha Tangguh hingga tidak ada satu pun yang dapat menghalangi-Nya untuk menjatuhkan hukuman kepadamu karena Dialah Hakim yang paling Bijaksana.
Karakter yang dibangun dengan memahami ayat-ayat diatas adalah sebagai berikut :
1.      Memiliki jiwa yang aman, yaitu memberikan keamanan bagi dirinya, orang lain dan lingkungannya.
2.      Aman bersama Allah, yaitu senantiasa mengimani Allah Swt, dengan melakukan ketaatan kepada-Nya.
3.      Aman bersama malaikat Allah, yaitu dengan mengimani bahwa kita senantiasa diawasi oleh malaikat-malaikat Allah Swt.
4.      Aman bersama Rasul-rasul Allah, yaitu dengan cara mentauladani sifat-sifatnya yang mulia.
5.      Aman bersama kitab-kitab Allah, yaitu dengan cara mendengar, membaca, mengartikan, memahami, mengamalkan, mengajarkan dan memelihara kitab Allah.
6.      Aman bersama hari akhir, yaitu dengan cara mempersiapkan diri dengan amal kebaikan untuk dibawa ke akhirat nanti.
7.      Memegang teguh  Al-Qur’an.
8.      Bersifat jujur
9.      Memelihara diri dari api neraka.
10.  Tidak berbuat kekafiran.
11.  Masuk kedalam Islam seutuhnya.
12.  Yakinlah bahwa kita akan kembali kepada Allah Swt.
13.  Tidak berteman dengan setan
14.  Bersifat bijaksana dalam memutuskan sesuatu.
Demikianlah sikap-sikap seorang muslim agar senantiasa memperkuat keimanannya dengan jalan menerapkan hal-hal yang tersebut diatas dalam kehidupan sehari-hari, semoga Allah senantiasa menguatkan iman kita dan menjadikan kita sebagai seorang muslim yang kaffah dan menghadap-Nya kelak dalam keadaan muslim juga, amin.
TERMINO
Ø  Iman adalah percaya, aman, diucapkan dengan lisan dibenarkan dalam hati dan diamalkan dalam kehidupan.
Ø  Allah adalah berasal dari kata Al yang artinya sang dan Lahu yang artinya Dia memiliki. Allah sang pemilik, yang memiliki, pemilik
Ø  Rasul adalah utusan, orang yang menerima wahyu Allah dan berkewajiban menyampaikan kepada umatnya.
Ø  Malaikat adalah makhluk Allah Swt yang diciptakan dari nur atau cahaya yang selalu taat kepada perintah Allah Swt.
Ø  Kitab adalah buku, tulisan. Ketentuan atau ketetapan yang tampak di zhahir yang menggambarkan suatu system tertentu yang melatarbelakanginya.
Ø  Al-Qur’an adalah bacaan, kitab suci umat Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.
Ø  Qadha adalah suatu ketentuan yang telah ditetapkan Allah pada tiap-tiap hasil ciptaan-Nya.
Ø  Qadar adalah ukuran, takaran-takaran yang ada pada unit-unit alam semesta dari benda yang terbesar sampai benda yang terkecil
Ø  Yaumil Akhir adalah hari akhir, hari atau dimensi dari suatu kesempurnaan
Ø  Islam  adalah menyerahkan diri, perjalanan hidup dan kehidupan yang ditentukan Allah bagi makhluk hidup berdasarkan fitrahnya masing-masing.
Ø  Kaffah adalah keseluruhan, sempurna, tidak setengah-setengah.
Ø  Kafir adalah inkar, kafir, tertutup, berpikir terbalik.

<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-6303669560088871"crossorigin="anonymous"></script>





SURGA FIRDAUS IMPIAN ORANG BERIMAN

                                                             SURGA FIRDAUS      Setiap muslim pasti ingin masuk kedalam surga dan mereka b...