SIKAP SEORANG MU’MIN
Ayat pertama Qs.An-Nisa ayat 136
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ آمِنُواْ بِالله وَرَسُولِهِ
وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَى رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِيَ أَنزَلَ مِن قَبْلُ
وَمَن يَكْفُرْ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ
فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيداً -١٣٦
“Wahai
orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan
kepada Kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta Kitab yang Allah
turunkan sebelumnya. barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang
itu Telah sesat sejauh-jauhnya”.(QS.An-Nisa :136 )
Pada QS.An-Nisa ayat 136 Allah Swt menjelaskan bahwa orang-orang yang
beriman itu hendaknya senantiasa meneguhkan keimanannya kepada Allah Swt. Iman
kepada Allah artinya meyakini sepenuh hati bahwa hanya Allah saja yang Esa
tidak ada tuhan selain Allah, atau dengan istilah lain kita selalu aman bersama
Allah Swt karena arti iman itu sendiri mempunyai arti aman, seseorang yang memiliki iman yang kuat tentu
jiwa dan raganya senantiasa merasa bersama Allah Swt dimanapun dia berada. Jika
telah demikian maka segala gerak-geriknya dia merasa diawasi oleh Allah Swt dan
menancaplah keimanannya kepada Allah tak seorangpun yang dapat menggeserkan
keimanannya bahwa hanya Allah saja satu-satu tuhan yang tiada serikat bagi-Nya.
Sehingga seorang mukmin yang dia berkata : “Katakanlah: "Dia-lah Allah,
yang Maha Esa.Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.Dia
tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,Dan tidak ada seorangpun yang setara
dengan Dia."(Al-Ikhlas: 1-4 )
Orang-orang
yang beriman juga harus meneguhkan keimanannya kepada Rasul-Nya. Iman kepada
Rasul berarti meyakini sepenuh hati bahwa Allah ada mengutus para Nabi dan
Rasul yang diberi tugas untuk menyampaikan risalah-Nya.
Alam semesta saja mengesakan Allah Swt, mengapa manusia
melalukan kemusyrikan !
Dengan istilah lain juga bisa
dikatakan bahwa iman kepada Rasul berarti aman bersama Rasul. Allah tidak
pernah membiarkan umat manusia berjalan tanpa arah, sehingga menjadi sesat.
Dalam setiap umat atau komunitas manusia Allah lahirkan seorang imam atau
pemimpin yang menjadi pembuka jalan dan penunjuk arak menuju kebaikan. Pemimpin
itu dizaman dahulu adalah seorang Rasul yang diutus Allah, karena setiap umat
itu ada Rasulnya seperti yang dujelaskan Allah dalam QS. Yunus yang artinya : “Tiap-tiap
umat mempunyai rasul; Maka apabila telah datang Rasul mereka, diberikanlah
keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikitpun) tidak dianiaya”.(
QS.Yunus: 47 ) Tujuan Allah mengutus Rasul dan menjadikan mereka sebagai
pemimpin sesungguhnya ada maksud yang sangat agung yaitu menjadi pemimpin yang
harus diteladani karena mereka mengantarkan manusia menuju hidup yang benar
bertujuan kepada Allah , berakhlak mulia dan peka terhadap lingkungan
sebagaimana yang dijelaskan dalam QS. Al-Anbiya ayat 73 :”Kami telah
menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan
perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan,
mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan hanya kepada kamilah mereka selalu
menyembah”,( QS. Al-Anbiya : 73 )
Orang yang beriman dengan Rasul
akan senantiasa berusaha meneladani sifat-sifat mereka yang terpuji benar/
jujur, menyampaikan ( matang ), cerdas dan dapat dipercaya, empat sifat inilah
yang menjadi acuan agar kita berhasil dunia dan akhirat.
Sikap seseorang yang beriman adalah
meneguhkan keimanannya kepada kitab-kitab-Nya. Iman kepada kitab artinya kita
menyakini sepenuh hati bahwa Allah ada menurunkan beberapa kitab sucinya kepada
Nabi dan Rasul-Nya yang wajib disampaikan kepada umatnya sebagai petunjuk hidup
atau dengan istilah lain kita harus aman bersama kitab-kitab Allah Swt.
Petunjuk Allah yang diberikan kepada Nabi dan Rasul adalah wahyu Allah sebagai
kitab pegangan dan menjadi rujukan bagi umat manusia. Sebagaimana yang telah
kita ketahui kitab-kitab suci itu adalah Taurat diturunkan kepada Nabi Musa as,
Zabur diturunkan kepada Nabi Daud as, Injil diturunkan kepada Nabi Isa as dan
Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.
Bagi kita ummat Nabi Muhammad Saw,
maka kita harus beriman kepada kitab Al-Qur’an yang terdiri dari 30 juz, 114
surah dan 6236 ayat. Barangsiapa yang membacanya akan mendapatkan kualitas,
memahami dan mengamalkan isinya akan dijamin selamat dunia dan akhirat, sukses
dan bahagia. Bagi orang yang beriman Al-Qur’an berfungsi :
1. Sebagai
Hudallah artinya petunjuk Allah Swt, oleh karena itu kita mempunyai kewajiban
mempelajari dan memahaminya untuk kemudian diterapkan dalam perilaku hidup
sehari-hari.
2. Sebagai Hudal
Linnas artinya petunjuk bagi manusia, mengapa manusia perlu petunjuk karena
naluri yang benar adalah naluri yang muncul atas bimbingan Al-Qur’an dan cara
bertindak yang benar adalah cara yang dijelaskan oleh Al-Qur’an. Petunjuk
Al-Qur’an itu berlaku universal untuk semua manusia dalam rangka melindungi 5
asas kehidupan, yaitu : melindungi agama dan keyakinan, melindungi harga diri
dan kehormatan, melindungi akal dan kecerdasan, melindungi harta benda dan
kekayaan, melindungi hubungan manusia dan anak keturunan.
3. Sebagai Hudal
Lilmuttaqin artinya petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Orang yang
menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya maka akan senantiasa dipelihara
oleh Allah Swt, karena akar kata dari muttaqin adalah waqa yang artinya
memelihara, jadi barangsiapa yang merawat dirinya dengan ketaqwaan maka ia akan
senantiasa dipelihara oleh Allh bahkan Allah menjamin kehidupannya dengan
keberkahan dari langit dan bumi.
Bagi orang-orang yang beriman sikap
yang harus dipelihara adalah beriman dengan Malaikat-malaikat-Nya. Iman kepada
malaikat-Nya berarti kita meyakini sepenuh hati bahwa Allah ada menciptakan
makhluk yang tercipta dari cahaya yang di beri tugas untuk mengatur dan
memelihara alam semesta termasuk didalamnya manusia atau dengan istilah lain
kita senantiasa aman bersama dengan malaikat-malaikat Allah Swt. Malaikat adalah
abdi-abdi Allah yang senantiasa beribadah kepada-Nya dengan ikhlas. Dalam
keimanan seorang mukmin hendaknya senantiasa meneguhkan keimanan dengan para
malaikat Allah ini karena mereka itu selalu berdampingan dengan kehidupan
manusia dan bagi kita wajib beriman dan mengetahui 10 malaikat-malaikat dibawah
ini:
1. Jibril as,
malaikat yang memiliki tugas /fungsi sebagai penyampai wakyu Allah kepada Nabi
dan Rasul-Nya.
2. Mikail as, malaikat
yang memiliki tugas/ fungsi sebagai pemberi rezki.
3. Israfil as, malaikat
yang memiliki tugas / fungsi sebagai peniup sangkakala.
4. Izrail as,
malaikat yang memiliki fungsi sebagai pencabut nyawa.
5. Munkar as,
malaikat yang memiliki tugas / fungsi sebagai penanya dalam kubur.
6. Nakir as,
malaikat yang memiliki tugas/ fungsi
sebagai penanya dalam kubur.
7. Raqib as,
malaikat yang memiliki tugas / fungsi sebagai pencatat amal kebaikan.
8. Atid as, malaikat
yang memiliki tugas / fungsi sebagai pencatat amal kejahatan.
9. Malik as,
malaikat yang memiliki tugas/ fungsi
sebagai penjaga pintu neraka.
10. Ridwan as,
malaikat yang memiliki tugas / fungsi sebagai penjaga pintu surga.
Disamping mereka itu, Allah juga
ada mengutus para malaikat-Nya untuk manusia dalam rangka tugas memelihara
manusia, mereka disebut sebagai malaikat penjaga siang, malaikat penjaga malam
dan malaikat penjaga siang dan malam. Ini membuktikan bahwa manusia itu tidak
lepas dari pengawasan setiap malaikat. Bagi tiap-tiap manusia ada beberapa
Malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran dan ada pula beberapa Malaikat
yang mencatat amalan-amalannya. dan yang dikehendaki dalam hal ini ialah
Malaikat yang menjaga secara bergiliran itu, disebut Malaikat Hafazhah.Oleh
sebab itu sangatlah keliru kalau manusia masih melakukan kemaksiatan dan
kejahatan padahal kita semua ini senantiasa mendapat pengawasan dari para
malaikat tersebut, orang yang merasa dirinya senantiasa diawasi oleh malaikat
maka dalam kehidupan sehari-hari ia akan senantiasa berhati-hati baik dalam
berkata-kata maupun dalam berbuat.
Orang-orang yang beriman juga harus
menenguhkan keimanannya kepada hari akhir. Iman kepada akhir mempunyai arti
bahwa kita meyakini dengan sepenuh hati setelah kehidupan didunia ini ada
kehidupan yang lain yaitu kehidupan diakhirat atau dengan istilah lain kita
merasa aman diakhirat nanti. Rasa aman itu kita buktikan dengan berbagai amal
sholeh untuk bekal menuju alam kesempurnaan, karena hari akhir itulah alam
kesempurnaan. Orang yang beriman dengan akhir tentunya mempersiapkan diri
dengan amal sholeh, bukti konkrit lain bahwa orang beriman dengan hari akhir
adalah belajar sampai mati sebagaimana sabda Nabi Saw : “Tuntutlah ilmu dari
buaian sampai keliang lahad”. Dengan belajar sampai mati menunjukkan adanya
usaha untuk sampai kepada kesempurnaan dirinya mengisi waktu-waktu yang terus
dilewati. Membuktikan bahwa kita beriman kepada Allah dan hari akhir harus
dilakukan dengan tindakan sebagai berikut :
1. Menyeru kepada
hal-hal yang yang ma’ruf atau kebaikan.
2. Mencecah dari
hal-hal yang munkar atau keburukan.
3. Menyegerakan
kebaikan, kebergunaan atau bermanfaat.
Kurang lebih ada 19 kali
pengulangan kata-kata Billahi wal yaumil akhir dalam Al-Qur’an sesuai dengan
huruf Basmalah, hal ini menunjukkan bahwa untuk sampai kepada demensi
kesempurnaan atau akhir harus tetap
merujuk kepada sang pemilik kesempunaan yaitu Allah Swt. Dengan demikian, orang
yang beriman kepada hari akhir akan mempersiapkan dirinya dengan berbagai amal
kebaikan dengan tujuan hanya kepada Allah Swt sebagai tujuan akhir hidupnya.
Pada QS. An-Nisa ayat 136 ini
sebenarnya tersirat juga tentang memperteguh keimanan kepada Qadha dan Qadar
Allah. Qadha adalah suatu ketentuan yang telah ditetapkan Alla pada tiap-tiap
ciptaan-Nya, sedangkan Qadar adalah ukuran-ukuran atau takaran-takaran yang
telah ditetapkan bagi makhluk-Nya. Beriman kepada Qadha dan Qadar berarti yakin
bahwa apa yang sudah terjadi pada diri kita
adalah memang sudah ditentukan oleh Allah. Adapun qadha Allah yang belum
terjadi pada diri kita maka kita tidak boleh menyerah dengan keadaan, kita
harus terus berusaha dan mengejarnya sekalipun halangan dan rintangannya datang
bertubi-tubi, janganlah kita menyerah pasrah tanpa usaha, dalam hal ini Allah
menjelaskan dalam QS. Ar-Ra’du ayat 11 :” Bagi manusia ada malaikat-malaikat
yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya
atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan
apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang
dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.
Tuhan tidak akan merobah Keadaan
mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran mereka. Oleh sebab
itulah kita diperintahkan untuk berikhtiar dalam menjalani kehidupan ini.
Salah satu Qadha atau ketentuan Allah
adalah yang berjalan pada diri manusia adalah kematian, sedangkan Qadarnya atau
ukurannya adalah usia. Setiap diri akan mengalami kematian, hanya saja
ukurannya yang berbeda-beda dan tidak diketahui, ada yang dalam kandungan, baru
dilahirkan, anak-anak, remaja, dewasa dan tua, bagi orang yang beriman hidup
dan mati adalah sama karena Allah Swt.
Dengan demikian, mengimani adanya
qadha dan qadar dalam sebuah terapan hidup adalah bagaimana mengisi
moment-moment hidup ini sesuai dengan Qadha-Nya Allah , yaitu sebagaimana kita
lahir dan tercipta oleh Allah dalam keadaan sempurna , maka Qadarnya adalah
kita dapat mengembalikan kesempurnaan ciptaan Allah ini dengan tindakan atau
akhlak yang sesuai dengan kehendak Allah juga.
Ayat
kedua Qs. Al-Baqarah ayat 23
وَإِنْ كُنتُمْ فِي رَيْبٍ مِّمَّا
نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُواْ بِسُوْرَةٍ مِّنْ مِّثْلِهِ وَادْعُواْ شُهَدَاءَكُمْ
مِّنْ دُوْنِ اللهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِيْنَ -٢٣-
Artinya: “Dan jika kamu (tetap)
dalam keraguan tentang Al Quran yang kami wahyukan kepada hamba kami
(Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah
penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.
Dalam QS. Al-Baqarah ayat 23 Allah
Swt menjelaskan kepada kita bahwa sikap orang beriman itu adalah mereka tidak
meragukan kebenaran dari Al-Qur’an, karena ia merupakan wahyu Allah yang
diturunkan-Nya kepada Nabi Muhammad Saw sebagai petunjuk hidup, penjelas dan
pembeda bagi orang-orang yang bertaqwa bahkan bagi manusia secara
keseluruhan.lihatlah penegasan Allah dalam QS.Al-Baqarah ayat 2 :
“Kitab
(Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”.
Tuhan menamakan Al-Quran dengan Al
kitab yang di sini berarti yang ditulis, sebagai isyarat bahwa Al Quran diperintahkan
untuk ditulis. Taqwa Yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti
segala perintah-perintah-Nya; dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya; tidak
cukup diartikan dengan takut saja.
Dalam ini, Allah Swt juga menantang
manusia yang meragukan kebenaran Al-Qur’an, agar membuat yang serupa dengannya,
bahkan disuruh untuk mengumpulkan manusia membuatnya, jawabnya pasti tidak ada
yang sanggup membuatnya, karena Al-Qur’an itu merupakan kalam Allah yang tiada
tandingannya baik dari segi bahasanya, bahkan segi kandungannya.
Ayat
ketiga Qs. Al-Baqarah ayat 24
فَإِن لَّمْ تَفْعَلُواْ وَلَن
تَفْعَلُواْ فَاتَّقُواْ النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ
لِلْكَافِرِينَ -٢٤-
Artinya: “Maka jika kamu tidak
dapat membuat(nya) - dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah
dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi
orang-orang kafir”.
Pada ayat 24 dalam surah yang sama,
Allah Swt menjelaskan tantangan yang diberikan-Nya itu untuk membuat Al-Qur’an
pastilah tidak ada satu orangpun yang sanggup membuat selama-lamanya disebabkan
terhalang oleh mukjizat Al-Qur’an itu, Allah juga mengingatkan kita agar
memelihara diri dari perbuatan itu dengan jalan beriman kepada Allah dan
meyakini bahwa Al-Qur’an itu bukanlah ucapan manusia, bagi orang-orang yang
nekat juga membuat Ayat-ayat paslu tersebut, Allah menyediakan bagi mereka
neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu, karena dengan dua macam bahan
bakar itu maka api neraka menjadi sangat panas dan tambah menyala yang
disediakan bagi orang-orang yang kafir
atau ingkar dengan kebenaran Al-Qur’an. Oleh sebab itu tidak sepantasnya bagi
orang-orang yang beriman meragukan kebenaran Al-Qur’an.
Ayat
ketiga Qs. Al-Baqarah ayat 28
كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ
وَكُنتُمْ أَمْوَاتاً فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ
تُرْجَعُونَ -٢٨-
Artinya:
“Mengapa kamu
kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu,
Kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, Kemudian kepada-Nya-lah
kamu dikembalikan?”(QS. Al-Baqarah : 28 )
Pada QS.Al-Baqarah ayat 28, Allah
menjelaskan lagi mengapa wahai manusia kata Allah engkau masih ingkar atau
kafir terhadap-Ku padahal kamu sebelumnya mati atau tidak ada karena masih
berbentuk mani dalam sulbi bapakmu kemudian kamu Kami hidupkan dalam rahim
ibumu dengan cara meniupkan ruh kedalam tubuhmu, masihkah engkau ingkar akan
keberadaan-Ku kata Allah. Ayat ini sesungguhnya mengingatkan kita bahwa kita
sebagai manusia jangan ingkar kepada Allah karena Dialah yang telah menciptakan
kita, bahkan ketika kita dalam rahim ibu ketika ruh telah ditiupkan kedalam
batang tubuh manusia telah berikrar bahwa hanya Allah sajalah sebagai tuhannya,
perhatikan QS.Al-A’raf ayat 172 yang artinya :”Dan (ingatlah), ketika
Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku
ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami
menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu
tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang
lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)".
Kesaksian kita kepada Allah Swt
sebagai satu-satunya tujuan sudah
dilakukan sejak kita masih berada dalam rahim ibu. Maka tak ada satu pun
manusia dimuka bumi ini yang tidak bersaksi kepada Allah, semua mengaku bahwa
Allah adalah tuhannya. Hal ini
ditegaskan, bahwa sebenarnya manusia telah bersaksi tentang Allah sebagai tuhan
dan tidak dapat disangkal oleh semua manusia dan tak ada celah untuk mengelak
tentang perjanjian awal kita kepada Allah, itulah sebabnya kenapa Allah
bertanya kepada manusia mengapa engkau wahai manusia masih kafir kepada Allah
Swt. Kalau manusia masih ingkar juga dengan yang demikian, setelah engkau hidup
dialam dunia apabila ajalmu telah sampai maka akan Ku-matikan lagi engkau wahai
manusia, kemudian setelah lama engkau mati maka akan Ku-hidupkan kembali engaku
apabila telah datang masa kebangkitan untuk mempertanggungjawabkan segala apa
yang telah engkau perbuat didunia karena kepada Allah lah tempat kembali
manusia. Disinilah titik kesadaran manusia seharusnya dimulai terutama sekali
bagi orang-orang yang menyatakan dirinya telah beriman kepada Allah bahwa benar
hanya Allah saja sebagai tuhan dan tujuan hidupnya.
Ayat
ketiga Qs. Al-Baqarah ayat 208 dan 209
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ
ادْخُلُواْ فِي السِّلْمِ كَآفَّةً وَلاَ تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ
لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ -٢٠٨- فَإِن زَلَلْتُمْ مِّن بَعْدِ مَا جَاءتْكُمُ الْبَيِّنَاتُ
فَاعْلَمُواْ أَنَّ اللهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ -٢٠٩-
Artinya: “Hai orang-orang yang
beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut
langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata
bagimu.Tetapi jika kamu menyimpang (dari jalan Allah) sesudah datang kepadamu
bukti-bukti kebenaran, Maka Ketahuilah, bahwasanya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana”.( QS. Al-Baqarah :208-209
Sementara itu dalam QS. Al-Baqarah
ayat 208 dan 209 Allah memperingatkan kembali kepada orang-orang yang beriman
agar masuk kedalam agama Islam secara keseluruhan jangan setengah-setengah,
maksudnya jalankanlah syari’at Islam itu secara sempurna, sebagai contoh
kerjakanlah sholat secara sempurna jangan lalai atau hanya sekedar menunaikan
kewajiban saja tetapi praktekkanlah nilai-nilai sholat itu juga dalam
kehidupan sehari-hari. Janganlah
mengikuti jejak langkah setan, artinya bermohonlah kepada Allah dari godaan dan
tipu daya setan, karena setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia maka ia
jangan sampai dijadikan sebagai teman. Apabila kamu telah tergelincir atau
menyimpang dari ajaran Islam atau tidak dapat masuk secara keseluruhan kedalam
syari’at Islam setelah datang bukti-bukti yang nyata berupa Al-Qur’an dan suri tauladan
yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw bahwa ia adalah barang yang hak,
maka ketahuilah bahwa Allah Maha Tangguh hingga tidak ada satu pun yang dapat
menghalangi-Nya untuk menjatuhkan hukuman kepadamu karena Dialah Hakim yang
paling Bijaksana.
Karakter yang dibangun dengan
memahami ayat-ayat diatas adalah sebagai berikut :
1. Memiliki jiwa
yang aman, yaitu memberikan keamanan bagi dirinya, orang lain dan
lingkungannya.
2. Aman bersama
Allah, yaitu senantiasa mengimani Allah Swt, dengan melakukan ketaatan
kepada-Nya.
3. Aman bersama
malaikat Allah, yaitu dengan mengimani bahwa kita senantiasa diawasi oleh
malaikat-malaikat Allah Swt.
4. Aman bersama
Rasul-rasul Allah, yaitu dengan cara mentauladani sifat-sifatnya yang mulia.
5. Aman bersama
kitab-kitab Allah, yaitu dengan cara mendengar, membaca, mengartikan, memahami,
mengamalkan, mengajarkan dan memelihara kitab Allah.
6. Aman bersama
hari akhir, yaitu dengan cara mempersiapkan diri dengan amal kebaikan untuk
dibawa ke akhirat nanti.
7. Memegang
teguh Al-Qur’an.
8. Bersifat jujur
9. Memelihara
diri dari api neraka.
10. Tidak berbuat
kekafiran.
11. Masuk kedalam
Islam seutuhnya.
12. Yakinlah bahwa
kita akan kembali kepada Allah Swt.
13. Tidak berteman
dengan setan
14. Bersifat
bijaksana dalam memutuskan sesuatu.
Demikianlah sikap-sikap seorang
muslim agar senantiasa memperkuat keimanannya dengan jalan menerapkan hal-hal
yang tersebut diatas dalam kehidupan sehari-hari, semoga Allah senantiasa
menguatkan iman kita dan menjadikan kita sebagai seorang muslim yang kaffah dan
menghadap-Nya kelak dalam keadaan muslim juga, amin.
TERMINO
Ø
Iman adalah percaya, aman,
diucapkan dengan lisan dibenarkan dalam hati dan diamalkan dalam kehidupan.
Ø
Allah adalah berasal dari kata Al yang
artinya sang dan Lahu yang artinya Dia memiliki. Allah sang pemilik,
yang memiliki, pemilik
Ø
Rasul adalah utusan, orang yang
menerima wahyu Allah dan berkewajiban menyampaikan kepada umatnya.
Ø
Malaikat adalah makhluk Allah Swt
yang diciptakan dari nur atau cahaya yang selalu taat kepada perintah Allah
Swt.
Ø
Kitab adalah buku, tulisan.
Ketentuan atau ketetapan yang tampak di zhahir yang menggambarkan suatu system
tertentu yang melatarbelakanginya.
Ø
Al-Qur’an adalah bacaan, kitab suci
umat Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.
Ø
Qadha adalah suatu ketentuan yang telah ditetapkan
Allah pada tiap-tiap hasil ciptaan-Nya.
Ø
Qadar adalah ukuran,
takaran-takaran yang ada pada unit-unit alam semesta dari benda yang terbesar
sampai benda yang terkecil
Ø
Yaumil Akhir adalah hari akhir, hari
atau dimensi dari suatu kesempurnaan
Ø
Islam adalah menyerahkan diri, perjalanan
hidup dan kehidupan yang ditentukan Allah bagi makhluk hidup berdasarkan
fitrahnya masing-masing.
Ø
Kaffah adalah keseluruhan,
sempurna, tidak setengah-setengah.
Ø
Kafir adalah inkar, kafir, tertutup, berpikir
terbalik.
<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-6303669560088871"crossorigin="anonymous"></script>