C.
MEMAHAMI MAKNA KANDUNGAN QS. AT-TIIN ; 1 – 8
Surah At-Tiin terdiri dari 8 ayat, termasuk
golongan surah-surah Makiyyah yang di turunkan sesudah Surah Al-Buruuj. Nama
At-Tiin diambil dari kata “At-Tiin” yang terdapat pada ayat pertama yang
artinya buah Tiin.
Ada empat sumpah penuh makna di permulaan
Surah ini sebagai mukaddimah dari suatu pernyataan penting, ayat tersebut mengatakan
: Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun.
Dan demi bukit Sinai. Dan demi kota
(Mekah) Ini yang aman.
Kata Tiin, berarti buah Tin. Sedangkan Zaytun
berarti buah Zaitun , buah yang merupakan salah satu sumber dari minyak yang
bermanfaat.
Sumpah-sumpah ini dirujukkan pada dua jenis
buah-buahan yang masyhur atau pada
sesuatu yang lain. Ada banyak perbedaan pendapat dikalangan mufasir menyangkut
kepastian maknanya.
Sebagian mufasir mengatakan dengan tegas, mereka mengartikan dua buah
ini sama-sama mengandung nutrisi yang luar biasa, atau merupakan sesuatu yang
menjadi sarana-sarana kreatif. Sebagian mufasir lain percaya , kedua sebutan
itu merujuk pada dua gunung yang diatasnya terletak dua kota, yaitu Damaskus (
tempat tinggal Nabi Nuh as ) dan Yerussalem ( Baitul Maqdis ). Karena kedua
kota suci ini merupakan negeri-negeri yang telah banyak membangkitkan para nabi
besar Allah. Dua sumpah ini bersesuaian dengan sumpah ketiga dan keempat yang
merujuk pada negeri-negeri suci lainnya . sebagian mufasir lain mengatakan,
bahwa dua gunung itu disebut Tiin dan Zaytun, karena pohon-pohon tin banyak
tumbuh digunung satu dan pohon zaitun tubuh digunung yang lain.
Lahiriyah ayat, dari pandangan sekilas , menunjuk pada dua buah terkenal
dimaksud. Namun dengan lebih memperhatikan sumpah-sumpah selanjutnya, keduanya
cenderung sesuai dengan makna dua gunung atau dua pusat suci yang dihargai
tersebut.
Ada
hadits dari Rasulullah SAW yang menyatakan, bahwa Allah memilih empat kota
diantara semua kota, dan Dia menyatakan dalam tiga ayat pertama itu tentang
empat kota yang dimaksud : Demi (buah) Tiin dan (buah) Zaitun, Dan demi
bukit Sinai,Dan demi kota (Mekah) Ini yang aman. Yakni Tiin adalah Madinah,
zaytun adalah Yerussalem, Thurisinina adalah Kufah dan baladal amiin adalah
Mekkah.
Maksud
penggunaan istilah thurisinina sebagaimana yang diterjemahkan oleh sejumlah
mufasir, tampaknya adalah thurisina, yakni Bukit Sinai, yang disana ditemukan
pohon zaitun yang lebat buahnya.
Sinai ditafsirkan sebagi sebuah bukit yang penuh dengan karunia atau penuh
pepohonan atau penuh keindahan. Ia adalah bukit yang sama di mana Nabi Musa as
biasa mengunjunginya guna melakukan munajat-munajat kepada tuhannya.
Hal lain
yang dapat dipastikan dari ayat di atas, bahwa “kota yang aman ini”
adalah Mekkah, sebuah negeri yang dikenal sebagai suatu kawasan yang aman di
zaman kaum musyrik sekalipun. Karakter sucinya senantiasa dihormati dan tidak
ada pertempuran yang boleh dilakukan dikawasan tersebut, bahkan juga pada para
penjahat dan pembunuh, maka ketika mereka sampai di sana mereka akan aman
sepenuhnya.
Negeri
ini dipandang penting, khususnya dalam Islam, demikian pentingnya sehingga
binatang, pepohonan dan burung-burung yang tinggal di sana berada dalam keadaan
aman sepenuhnya, lebih-lebih untuk manusia.
Sekalipun kita mengembalikan dua sumpah ini tentang tiin dan zaytun pada
pengertian umumnya yang pertama yakni ”buah tiin” dan ” buah zaitun”, keduanya
merupakan sumpah-sumpah yang mengandung makna, karena buah tiin adalah makanan
yang sangat baik dan penuh nutrisi, yang cocok bagi setiap orang dari segala
usia, bebas dari kulit, batu atau zat-zat tambahan komersial lain.
Para
ahli ilmu gizi mengatakan, buah tiin dapat digunakan sebagai pemanis
alamiah bagi bayi-bayi. Para olahragawan
dan juga mereka yang lemah atau jompo karena usia lanjut, bisa menjadikan buah
tiin sebagai makanan.
Konon, Plato sangat menyukai buah tiin sehingga
sebagian orang menyebut buah tersebut sebagai sahabat para filosof. Socrates
pun tahu bahwa buah tiin berfungsi sebagai penyerap terhadap bahan-bahan yang
bermanfaat bagi tubuh dan juga berfungsi menyaring zat-zat yang berbahaya.
Para saintis
dan ahli ilmu gizi dari masa kemasa mengatakan, buah tiin itu penuh dengan
berbagai vitamin dan gula. Ia bisa disebutkan sebagai buah penawar terhadap
sejumlah penyakit, khususnya ketika buah tiin di campur dengan madu dalam
komposisi seimbang dapat bermanfaat untuk menyembuhkan infeksi perut. Memakan
buah tiin yang dikeringkan berguna untuk memperkuat ingatan. Ringkasnya, karena
memiliki banyak unsur mineral yang menyebabkan keseimbangan pada fungsi ragawi
dan darah, buah tiin dikelompokkan sebagai suatu makanan yang tepat bagi semua orang dan usia dan
kondisi apapun.
Adapun
, buah zaitun para pakar makanan dan sebagian ilmuan yang telah menghabiskan
sebagian besar kehidupan mereka dengan mempelajari berbagai karakteristik
buah-buahan, menganggap bahwa buah zaitun dan minyaknya memiliki kandungan zat
yang luar biasa. Mereka percaya bahwa orang-orang yang ingin senantiasa sehat
hendaklah menggunakannya.
Minyak zaitun adalah kawan dekat hati manusia.
Selain itu, untuk menyembuhkan kesulitan-kesulitan ginjal, hepatitis dan untuk
menyembuhkan sembelit, minyak zaitun terbukti berguna efektif. Minyak zaitun
juga mengandung aneka macam vitamin, zat fosfor, sulfur, kalsium, zat besi,
potasium dan mangan. Dengan demikian fungsi dari buah tiin dan buah zaitun
sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, maka sangat pantas sekali Allah SWT,
bersumpah atas nama dua buah ini.
Setelah
menyebutkan empat masalah siginifikan ini, ayat selanjutnya merujuk pada apa
sumpah itu ditujukan, yakni :” Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia
dalam bentuk yang sebaik-baiknya” .
Istilah
taqwim berarti membentuk sesuatu menjadi sebuah rupa yang tepat dalam
sebuah aturan yang seimbang. Keluasan dari pengertian ini merujuk pada suatu
fakta bahwa Allah SWT telah menciptakan manusia secara proposional dari segala
asfek, baik secara ragawi maupun secara spritual dan rasional. Karena Allah SWT
telah menetapkan semua kekuatan pada manusia dan menyiapkannya secara tepat
untuk melindungi diri dalam mengarungi jalan besar menuju perkembangan
tertentu. Sekalipun manusia adalah ”microkosmos”, Tuhan telah menata
”makrokosmos” dalam dirinya dan telah mengangkatnya pada posisi yang tinggi
seperti yang dikemukakan dalam QS. Al-isra ayat 70 :”Dan Sesungguhnya Telah
kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan, kami
beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan
yang Sempurna atas kebanyakan makhluk yang Telah kami ciptakan”. Begitu
pula dengan penciptaannya, seperti firman Allah SWT :” Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal
darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal
daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus
dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka
Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik”. ( QS. Al-Mu’minuun : 14 ).
Namun,
jika seorang manusia, dengan semua keistemewaan yang dimilikinya itu,
menyeleweng dari jalan kebenaran maka ia kan jatuh sedemikian dalam ke ”
tempat yang serendah-rendahnya (neraka)”, dan akan diturunkan pada posisi
yang paling rendah. Itulah sebabnya, dalam ayat ke 5 dikatakan,” Kemudian
kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka)”.
Seperti diketahui, selalu ada lembah-lembah
dalam di samping gunung-gunung yang tinggi. Demikian pula disamping kedudukan
mulia manusia sebagai khalifah Allah SWT, ada pula kedudukan rendah yang
menyedihkan. Mengapa tidak ? apabila manusia menggunakan kekuatannya secara
benar dan mengikuti hukum-hukum Allah SWT, ia akan mencapai nasib yang tinggi
dan mulia yang memang dimaksudkan untuknya. Namun, jika ia memberontak terhadap
Allah SWT dan menggunakan semua potensi dan kemampuannya mengikuti keburukan,
maka ia akan jatuh kepada posisi yang rendah, bahkan lebih rendah ketimbang
binatang buas. Hal itu tidak akan terjadi apabila manusia itu taat kepada Allah
SWT, sehingga Allah SWT mengecualikannya dalam ayat berikutnya :” Kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala
yang tiada putus-putusnya”.
Istilah mamnun
yang didasarkan pada kata man di sini, arti adalah ” terputus atau
kekurangan”. Dengan demikian, istilah ghairu mamnun diterjemahkan
sebagai ” suatu ganjaran yang tiada terputus tanpa adanya kekurangan”. Yang
dimaksud mendapat ganjaran yang tak putus-putusnya tersebut diberikan kepada
manusia yang senantiasa beriman kepada Allah SWT, yang diiringinya dengan
mengerjakan segala amal shaleh, baik dalam beribadah kepada Allah SWT, maupun
berbuat baik terhadap sesamanya atau pun lingkungannya.
Ayat
selanjutnya , yang dialamatkan kepada manusia yang tidak bersyukur, yang
ceroboh dalam hal tanda-tanda dan bukti-bukti hari kebangkitan, diungkapkan
dalam ayat :” Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari)
pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu” ?. Pada alam semesta
yang fana ini mengisyaratkan bahwa kehidupan didunia ini bukanlah tujuan final
dari penciptaan, masih ada lagi alam yang akan kita jumpai, yakni alam akhirat
kekal abadi, semua itu hanya merupakan mukaddimah bagi dunia yang lebih luas
dan sempurna serta kekal abadi. Hal seperti itulah yang didustakan sebagian
manusia, karena ingkarnya mereka kepada Allah SWT.
Sebagai contoh, setiap tahun tanaman di alam
ini dan di hadapan mata kita diperbaharui dan mengingatkan kita akan fenomena
kematian dan kelahiran kembali, begitu secara berulang-ulang. Setiap tahap yang
tiada putus-putusnya selama masa pertumbuhan janin misalnya, dihitung sebagai
suatu kebangkitan dan kehidupan baru. Tapi yang mengherankan, bagaimana bisa
manusia mengingkari hari perhitungan itu ? padahal Allah SWT telah mengutus
para nabi dan rasul-Nya untuk memberikan penjelasan dan keterangan-keterangan
tentang kehidupan yang akan datang yakni hari kemudian ( hari akhirat ).
Sehingga menjadi jelas pula, makna objektif dari kata diin di sini
bukanlah ”agama”, tetapi ”hari pembalasan”. Ayat selanjutnya memperkuat
pandangan ini.”Bukankah Allah hakim yang seadil-adilnya”?. Dialah Allah
yang akan memberikan balasan yang seadil-adilnya terhadap apa yang telah
dilakukan manusia, apakah itu perbuatan baik ataukah perbuatan jahat, semuanya
akan mendapatkan balasan yang seadil-adilnya.
Inti sari Akhlaq Mulia surah At-tiin yang dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Ayat pertama surat ini
menjelaskan tentang buah tiin dan buah zaitun.
1.
Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun.
Yang dimaksud
dengan Tiin oleh sebagian ahli tafsir ialah tempat tinggal Nabi Nuh, Yaitu
Damaskus yang banyak pohon Tiin; dan zaitun ialah Baitul Maqdis yang banyak
tumbuh Zaitun. Namun hal ini belum membimbing pikiran kita untuk mendapatkan
penjelasan yang dapat diterapkan manusia
sehari – hari. Bila Tiin dan zaitun sebagai
nama kota, tentu sulit bagi kita untuk mendapatkan petunjuk darinya.
Tiin adalah buah yang padat yang bisa dimakan oleh manusia, berfungsi untuk
mengenyangkan perut. Ini adalah fakta bahwa buah tiin adalah buah padat yang
berfungsi sebagai makanan. Sedangkan zaitun lebih dikenal sebagai buah
penghasil minyak, minyak adalah cairan. Cairan adalah minuman yang dibutuhkan
oleh manusia. Kalau begitu zaitun adalah
lambang minuman.
Sehingga kita
mendapatkan makna dari ayat pertama ini adalah demi Tiin dan buah zaitun, demi
makanan dan minuman. Karena dua hal ini
adalah kebutuhan paling utama bagi manusia untuk dapat hidup dimuka bumi. Maka
Allah memberikan penjelasan kepada manusia tentang dua hal yang paling penting
bagi dirinya untuk dapat bertahan hidup dan berperan sebagai khalifatullah. Tak
mungkin kita berperan bila tak hidup. Maka hidup itu adalah syarat utama untuk
bisa berperan.
Ayat kedua dari surat ini berbunyi
2.
Dan
demi bukit Thursina
Bukit thursina ada
di sinai sana, lalu bagaimana hubungannya dengan ayat pertama tadi?. Tentu saja
manusia setelah mendapatkan makanan dan minuman maka ia akan beribadah sebagai
prilaku dirinya yang mengabdi hanya kepada Allah. Thursina adalah bukit,
lambang sebuah kekuatan. Tentu manusia kuat dan tegak bila sudah makan dan
minum. Tegaknya diri kita dalam beribadah kepada Allah adalah lambang thursina.
Maka dapat kita ilustrasikan dalam tabel adalah sebagai berikut.
Buah Tiin
|
Buah Zaitun
|
Bukit Thursina
|
Makanan
|
Minuman
|
Sehat
dan Beribadah
|
Dengan demikian
ayat 1 -2 surat ini benar –benar menjelaskan masalah yang sangat penting bagi
manusia yaitu apa yang dimakan, apa yang diminum adalah dalam rangka untuk
beribadah kepada Allah. Makanan dan minuman yang kita konsumsi akan
menghasilkan tenaga atau energi. Energi yang kita dapatkan inilah yang akan
kita pergunakan untuk berperan dan beribadah dalam segala segi kehidupan.
Ayat ke tiga
ini kemudian menjelaskan tentang negeri yang aman.
3.
Dan demi kota (Mekah) ini yang aman
Mengapa pada ayat
ke-3 ini Allah tiba – tiba menjelaskan suatu negeri yang aman. Negeri yang aman
itu tentu saja adalah suatu negeri yang didalamnya terdapat kedamaian. Tidak
ada pergolakan yang menghacurkan negeri.
Maka syarat untuk menjadikan sebuah negeri yang aman adalah dengan menyediakan
Makanan dan minuman bagi masyarakatnya dan semua masyarakatnya beribadah kepada
Allah sebagai rasa syukur atas makanan dan minuman yang diberikan-Nya.
Negeri yang
aman adalah negeri yang cukup makanan dan minumannya dan
semuanya dari pejabat hingga rakyat beribadah kepada Allah SWT. Inilah jaminan
Allah pada manusia bila ingin negerinya menjadi aman dan sentosa.
Berbicara tentang negeri yang aman,
didalam ilmu kenegaraan juga dikenal tentang ilmu Leadership, management dan
administrasi. Semua orang yang paham negara pasti memahami bahwa untuk
menciptakan sistem negara yang aman maka didalam negara tersebut harus
berlangsung satu sistem Leadership, Management dan Administrasi yang baik.
Artinya sebuah
negara akan aman dan sejahtera bila berlangsung kepemimpinan yang baik,
management yang efektif dan administrasi yang sistematis. Hal ini berlaku
secara global diberbagai negara. Kekacauan juga akan terjadi bila didalam suatu
negara tidak terjadinya interaksi dan interelasi ketiga hal ini dengan baik.
Bila proyeksi
sebuah negara di kaitkan dengan diri kita yang juga merupakan gabungan berbagai
system seperti layaknya sebuah negeri. Maka hal ini bisa dikaitkan dengan
berbagai kemampuan pada diri kita yang dapat membuat diri kita aman lahir dan
bathin, contohnya adalah kemampuan mendengar dan melihat akan menghasilkan
bicara yang benar.
Buah Tiin
|
Buah Zaitun
|
Bukit Thursina
|
MELIHAT
|
MENDENGAR
|
BICARA
|
Bicara yang benar
dan berkualitas tentu dihasilkan dari sumber yang baik, yaitu pendengaran dan
penglihatan yang baik pula. Data dari penglihatan dan pendengaran inilah yang
kemudian diolah mejadi kualitas bicara yang baik. Tak mungkin seseorang
berbicara dengan baik bila tidak memiliki data dari apa yang dilihat dan dengar
. Bila dikaitkan dengan lingkup masyarakat terkecil yaitu keluarga kita, maka
konsep ini akan menjelma menjadi berikut
Buah Tiin
|
Buah Zaitun
|
Bukit Thursina
|
Ibu
yang baik
|
Bapak
yang baik
|
Anak
yang baik
|
Keluarga yang baik adalah ibarat negeri yang baik, maka syarat bagi
keluarga yang aman adalah ada Bapak dan Ibu yang baik dan akan menghasilkan
anak yang baik. Didalam hadits juga dikatakan bahwa setiap anak adam akan mati
maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga hal yaitu Shadaqah / jariyah, ilmu
yang bermanfaat dan anak yang shaleh. Bila kita ingin aman dari siksa naar maka
lakukanlah tiga hal yaitu :
Buah Tiin
|
Buah Zaitun
|
Bukit Thursina
|
Shadaqah
|
Ilmu yang berguna
|
Anak yang shaleh
|
Maka semakin jelaslah bagi kita
bahwa tafsir Al-Qur’an itu haruslah bersifat universal dan mencerdaskan serta
aplikatif dapat dilakukan oleh setiap manusia. Dari satu ayat yang sederhana
itu saja kita mendapatkan makna yang begitu mendalam.
Pada hakikatnya setiap manusia ingin
memiliki diri yang aman. Aman dari kehidupan dunia dan akhirat, oleh sebab
itu Allah memberikan jawabannya melalui
surat ini juga yang dihubungkan dengan Baitullah. Baitullah adalah hadapan dan
cerminan kepribadian kita yang setiap hari kesanalah keperibadian diri ini kita
hadapkan. Seperti termaktub dalam surat Al Baqarah ayat 149.
Artinya :”dan
dari mana saja kamu keluar (datang), Maka Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil
haram, Sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu.
dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.
Baitullah memiliki
tiga simbol yang sangat kuat dan menjadi hadapan manusia untuk
mengidentifikasikan diri kedalam kepribadian Baitullah. Yaitu Hajar Aswad,
Maqam Ibrahim, dan Hijir Ismail. Ketiga hal ini mewakili tiga simbol kebaikan
yang harus dimiliki manusia bila ingin hidup ini aman dan damai. Bila kita ilustrasikan akan terlihat
seperti dibawah ini :
Buah Tiin
|
Buah Zaitun
|
Bukit Thursina
|
Hajar aswad
|
Maqam Ibrahim
|
Hijir Ismail
|
Al
Qur’an
|
Shalat
|
Zakat
|
Diri ini akan aman
apabila kita mau untuk membaca dan mempelajari Al -Qur’an, menegakkan shalat
dan suka untuk berzakat. Hal ini yang akan mengamankan diri kita dari azab
dunia dan akhirat. Berbahagialah manusia
yang gemar membaca dan mengkaji AlQur’an, menegakkan shalat dan suka berzakat.
Inilah diri yang aman yang memiliki tiga hal paling penting dalam hidup
manusia.
Di dalam kitab Ruhul Ma’ani disebutkan yag
dimaksud dengan negeri yang aman adalah negeri Mekkah. Sebagaimana Hadits
Marfu’:
هُوَ مَكَاَنَ اْلبَيْتَ الَّذِى هُوَ هُدًى
لِلْعَالَمِيْنَ وَمَوْلُوْدُ رَسُوْلُ الله صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
ومَبْعَثُــهُ
Artinya: yaitu sebuah tempat tinggal
(Baitullah) dia sebagai petunjuk bagi sekalian alam dan Mekkah adalah tempat lahirnya Rasulullah saw dan di utusnya.
Ayat selanjutnya Allah menegaskan tentang sempurnanya diri manusia.
4. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik- baiknya
Maka sebaik – baiknya diri manusia adalah yang memiliki tiga
kriteria di atas yang telah dijelaskan dengan gamblang . inilah diri manusia
yang sebaik – baiknya ciptaan dari Allah SWT, paling tidak bila diilustrasikan
akan berbentuk sebagai berikut :
Qs At Tiin
|
Perangkat diri
|
Amal manusia
|
Baitullah Concept
|
Organisasi
|
Perangkat indra
|
Keluarga
|
Tiin
|
Indra
|
Shadaqah
|
Al
Qur’an
|
Management
|
Mata
|
Ibu
|
Zaitun
|
Otak
|
Ilmu
bermanfaat
|
Shalat
|
Leadership
|
Telinga
|
Bapak
|
Thursina
|
Hati
|
Anak
shaleh
|
Zakat
|
Administrasi
|
Mulut
|
Anak
|
Sebaik-baiknya manusia ialah yang memiliki berbagai hal di atas
yang telah dijelaskan dari surat At Tiin ini. Maka apabila manusia tidak
menggunakan konsep yang yang telah sedemikian bagusnya bagi kelangsungan fitrah
dirinya. Jatuhlah manusia kemudian menjadi makhluk yang paling hina. Menjadi
asfal…manusia dibawah yang diseret – seret oleh budaya dan peradaban.
Menjadi aspal hitam yang dilindas oleh kendaraan dunia karena mengingkari
kebenaran yang nyata yang datangnya dari Allah Swt.
Menurut di dalam kitab Ruhul Ma’ani disebutkan
yang di kehendaki dengan ayat diatas adalah jenis manusia yang mengandung arti
orang yang mukmin bukan dikhususkan dengan orang kafir .
5. Kemudian Kami kembalikan
Dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),
Manusia menjadi mahkluk yang rendah
karena tidak menggunakan perangkat Tiin, zaitun dan Thursina yang telah kita
kaji di atas.
Ayat
selanjutnya mengingatkan manusia untuk bertobat dan kembali menjalankan
perintah Allah.
1.
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka
bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.
Yaitu orang–orang yang dengan konsep
di atas terus menerus melakukan perbaikan dengan perbaikan bagi dirinya
sehingga dia akan mendapatkan dirinya selalu berkembang dan berkualitas dari
waktu ke waktu .
7.
Maka Apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan
sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu?
Maka jangan lagi kita berdusta setelah mengetahui konsep ini ( diin
), bila kita dustai maka Allah mengadili diri kita dengan seadil–adilnya atas
kelalaian diri kita menyia–yiakan diri yang hebat dan penuh sarwa nilai ini.
8. Bukankah Allah hakim yang seadil-adilnya?
Mari kita perhatikan lagi diri kita dari konsep tiin, zaitun dan
thursina ini, apakah diri kita ini telah memiliki kriteria sebagai manusia yang
sempurna seperti Allah menyempurnakan diri kita ? kesempurnaan diri kita ini
akan lengkap bila kita punya kemauan yang keras untuk tiga hal yaitu :
1.
Membaca dan Mengkaji Al Qur’an
2.
Menegakkan Shalat
3.
Dan suka menolong orang lain.
Inilah yang akan
mengamankan diri kita dari prahara dunia, dan ketiga hal ini jugalah yang
memproyeksikan diri manusia yang sempurna, Insana Fii Ahsani Taqwim. Bila tiga hal
ini diabaikan maka siap–siaplah untuk
menjadi orang yang paling buruk dan
menjadi aspal, dipengaruhi budaya dan peradaban artinya tidak
fitrah.
<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-6303669560088871"crossorigin="anonymous"></script>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar