Selasa, 28 Oktober 2014

MAKNA KANDUNGAN SURAH AT-TIIN BAGIAN 2

C.    MEMAHAMI MAKNA KANDUNGAN QS. AT-TIIN ; 1 – 8

          Surah At-Tiin terdiri dari 8 ayat, termasuk golongan surah-surah Makiyyah yang di turunkan sesudah Surah Al-Buruuj. Nama At-Tiin diambil dari kata “At-Tiin” yang terdapat pada ayat pertama yang artinya buah Tiin.
          Ada empat sumpah penuh makna di permulaan Surah ini sebagai mukaddimah dari suatu pernyataan penting, ayat tersebut mengatakan :  Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun. Dan demi bukit Sinai.  Dan demi kota (Mekah) Ini yang aman.
         Kata Tiin, berarti buah Tin. Sedangkan Zaytun berarti buah Zaitun , buah yang merupakan salah satu sumber dari minyak yang bermanfaat.
         Sumpah-sumpah ini dirujukkan pada dua jenis buah-buahan  yang masyhur atau pada sesuatu yang lain. Ada banyak perbedaan pendapat dikalangan mufasir menyangkut kepastian maknanya.
            Sebagian mufasir mengatakan dengan tegas, mereka mengartikan dua buah ini sama-sama mengandung nutrisi yang luar biasa, atau merupakan sesuatu yang menjadi sarana-sarana kreatif. Sebagian mufasir lain percaya , kedua sebutan itu merujuk pada dua gunung yang diatasnya terletak dua kota, yaitu Damaskus ( tempat tinggal Nabi Nuh as ) dan Yerussalem ( Baitul Maqdis ). Karena kedua kota suci ini merupakan negeri-negeri yang telah banyak membangkitkan para nabi besar Allah. Dua sumpah ini bersesuaian dengan sumpah ketiga dan keempat yang merujuk pada negeri-negeri suci lainnya . sebagian mufasir lain mengatakan, bahwa dua gunung itu disebut Tiin dan Zaytun, karena pohon-pohon tin banyak tumbuh digunung satu dan pohon zaitun tubuh digunung yang lain.
            Lahiriyah ayat, dari pandangan sekilas , menunjuk pada dua buah terkenal dimaksud. Namun dengan lebih memperhatikan sumpah-sumpah selanjutnya, keduanya cenderung sesuai dengan makna dua gunung atau dua pusat suci yang dihargai tersebut.
            Ada hadits dari Rasulullah SAW yang menyatakan, bahwa Allah memilih empat kota diantara semua kota, dan Dia menyatakan dalam tiga ayat pertama itu tentang empat kota yang dimaksud : Demi (buah) Tiin dan (buah) Zaitun, Dan demi bukit Sinai,Dan demi kota (Mekah) Ini yang aman. Yakni Tiin adalah Madinah, zaytun adalah Yerussalem, Thurisinina adalah Kufah dan baladal amiin adalah Mekkah.
           Maksud penggunaan istilah thurisinina sebagaimana yang diterjemahkan oleh sejumlah mufasir, tampaknya adalah thurisina, yakni Bukit Sinai, yang disana ditemukan pohon zaitun yang lebat buahnya.
           Sinai ditafsirkan sebagi sebuah bukit yang penuh dengan karunia atau penuh pepohonan atau penuh keindahan. Ia adalah bukit yang sama di mana Nabi Musa as biasa mengunjunginya guna melakukan munajat-munajat kepada tuhannya.
           Hal lain yang dapat dipastikan dari ayat di atas, bahwa “kota yang aman ini” adalah Mekkah, sebuah negeri yang dikenal sebagai suatu kawasan yang aman di zaman kaum musyrik sekalipun. Karakter sucinya senantiasa dihormati dan tidak ada pertempuran yang boleh dilakukan dikawasan tersebut, bahkan juga pada para penjahat dan pembunuh, maka ketika mereka sampai di sana mereka akan aman sepenuhnya.
           Negeri ini dipandang penting, khususnya dalam Islam, demikian pentingnya sehingga binatang, pepohonan dan burung-burung yang tinggal di sana berada dalam keadaan aman sepenuhnya, lebih-lebih untuk manusia.
           Sekalipun kita mengembalikan dua sumpah ini tentang tiin dan zaytun pada pengertian umumnya yang pertama yakni ”buah tiin” dan ” buah zaitun”, keduanya merupakan sumpah-sumpah yang mengandung makna, karena buah tiin adalah makanan yang sangat baik dan penuh nutrisi, yang cocok bagi setiap orang dari segala usia, bebas dari kulit, batu atau zat-zat tambahan komersial lain.
             Para ahli ilmu gizi mengatakan, buah tiin dapat digunakan sebagai pemanis alamiah  bagi bayi-bayi. Para olahragawan dan juga mereka yang lemah atau jompo karena usia lanjut, bisa menjadikan buah tiin sebagai makanan.
             Konon, Plato sangat menyukai buah tiin sehingga sebagian orang menyebut buah tersebut sebagai sahabat para filosof. Socrates pun tahu bahwa buah tiin berfungsi sebagai penyerap terhadap bahan-bahan yang bermanfaat bagi tubuh dan juga berfungsi menyaring zat-zat yang berbahaya.
            Para saintis dan ahli ilmu gizi dari masa kemasa mengatakan, buah tiin itu penuh dengan berbagai vitamin dan gula. Ia bisa disebutkan sebagai buah penawar terhadap sejumlah penyakit, khususnya ketika buah tiin di campur dengan madu dalam komposisi seimbang dapat bermanfaat untuk menyembuhkan infeksi perut. Memakan buah tiin yang dikeringkan berguna untuk memperkuat ingatan. Ringkasnya, karena memiliki banyak unsur mineral yang menyebabkan keseimbangan pada fungsi ragawi dan darah, buah tiin dikelompokkan sebagai suatu makanan  yang tepat bagi semua orang dan usia dan kondisi apapun.
             Adapun , buah zaitun para pakar makanan dan sebagian ilmuan yang telah menghabiskan sebagian besar kehidupan mereka dengan mempelajari berbagai karakteristik buah-buahan, menganggap bahwa buah zaitun dan minyaknya memiliki kandungan zat yang luar biasa. Mereka percaya bahwa orang-orang yang ingin senantiasa sehat hendaklah menggunakannya.
             Minyak zaitun adalah kawan dekat hati manusia. Selain itu, untuk menyembuhkan kesulitan-kesulitan ginjal, hepatitis dan untuk menyembuhkan sembelit, minyak zaitun terbukti berguna efektif. Minyak zaitun juga mengandung aneka macam vitamin, zat fosfor, sulfur, kalsium, zat besi, potasium dan mangan. Dengan demikian fungsi dari buah tiin dan buah zaitun sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, maka sangat pantas sekali Allah SWT, bersumpah atas nama dua buah ini.
            Setelah menyebutkan empat masalah siginifikan ini, ayat selanjutnya merujuk pada apa sumpah itu ditujukan, yakni :” Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” .
            Istilah taqwim berarti membentuk sesuatu menjadi sebuah rupa yang tepat dalam sebuah aturan yang seimbang. Keluasan dari pengertian ini merujuk pada suatu fakta bahwa Allah SWT telah menciptakan manusia secara proposional dari segala asfek, baik secara ragawi maupun secara spritual dan rasional. Karena Allah SWT telah menetapkan semua kekuatan pada manusia dan menyiapkannya secara tepat untuk melindungi diri dalam mengarungi jalan besar menuju perkembangan tertentu. Sekalipun manusia adalah ”microkosmos”, Tuhan telah menata ”makrokosmos” dalam dirinya dan telah mengangkatnya pada posisi yang tinggi seperti yang dikemukakan dalam QS. Al-isra ayat 70 :”Dan Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan makhluk yang Telah kami ciptakan”. Begitu pula dengan penciptaannya, seperti firman Allah SWT :”  Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik”. ( QS. Al-Mu’minuun : 14 ).
           Namun, jika seorang manusia, dengan semua keistemewaan yang dimilikinya itu, menyeleweng dari jalan kebenaran maka ia kan jatuh sedemikian dalam ke ” tempat yang serendah-rendahnya (neraka)”, dan akan diturunkan pada posisi yang paling rendah. Itulah sebabnya, dalam ayat ke 5 dikatakan,” Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka)”.
            Seperti diketahui, selalu ada lembah-lembah dalam di samping gunung-gunung yang tinggi. Demikian pula disamping kedudukan mulia manusia sebagai khalifah Allah SWT, ada pula kedudukan rendah yang menyedihkan. Mengapa tidak ? apabila manusia menggunakan kekuatannya secara benar dan mengikuti hukum-hukum Allah SWT, ia akan mencapai nasib yang tinggi dan mulia yang memang dimaksudkan untuknya. Namun, jika ia memberontak terhadap Allah SWT dan menggunakan semua potensi dan kemampuannya mengikuti keburukan, maka ia akan jatuh kepada posisi yang rendah, bahkan lebih rendah ketimbang binatang buas. Hal itu tidak akan terjadi apabila manusia itu taat kepada Allah SWT, sehingga Allah SWT mengecualikannya dalam ayat berikutnya :” Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya”.
           Istilah mamnun yang didasarkan pada kata man di sini, arti adalah ” terputus atau kekurangan”. Dengan demikian, istilah ghairu mamnun diterjemahkan sebagai ” suatu ganjaran yang tiada terputus tanpa adanya kekurangan”. Yang dimaksud mendapat ganjaran yang tak putus-putusnya tersebut diberikan kepada manusia yang senantiasa beriman kepada Allah SWT, yang diiringinya dengan mengerjakan segala amal shaleh, baik dalam beribadah kepada Allah SWT, maupun berbuat baik terhadap sesamanya atau pun lingkungannya.
          Ayat selanjutnya , yang dialamatkan kepada manusia yang tidak bersyukur, yang ceroboh dalam hal tanda-tanda dan bukti-bukti hari kebangkitan, diungkapkan dalam ayat :” Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu” ?. Pada alam semesta yang fana ini mengisyaratkan bahwa kehidupan didunia ini bukanlah tujuan final dari penciptaan, masih ada lagi alam yang akan kita jumpai, yakni alam akhirat kekal abadi, semua itu hanya merupakan mukaddimah bagi dunia yang lebih luas dan sempurna serta kekal abadi. Hal seperti itulah yang didustakan sebagian manusia, karena ingkarnya mereka kepada Allah SWT.
             Sebagai contoh, setiap tahun tanaman di alam ini dan di hadapan mata kita diperbaharui dan mengingatkan kita akan fenomena kematian dan kelahiran kembali, begitu secara berulang-ulang. Setiap tahap yang tiada putus-putusnya selama masa pertumbuhan janin misalnya, dihitung sebagai suatu kebangkitan dan kehidupan baru. Tapi yang mengherankan, bagaimana bisa manusia mengingkari hari perhitungan itu ? padahal Allah SWT telah mengutus para nabi dan rasul-Nya untuk memberikan penjelasan dan keterangan-keterangan tentang kehidupan yang akan datang yakni hari kemudian ( hari akhirat ). Sehingga menjadi jelas pula, makna objektif dari kata diin di sini bukanlah ”agama”, tetapi ”hari pembalasan”. Ayat selanjutnya memperkuat pandangan ini.”Bukankah Allah hakim yang seadil-adilnya”?. Dialah Allah yang akan memberikan balasan yang seadil-adilnya terhadap apa yang telah dilakukan manusia, apakah itu perbuatan baik ataukah perbuatan jahat, semuanya akan mendapatkan balasan yang seadil-adilnya.
Inti sari Akhlaq Mulia surah At-tiin yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Ayat pertama surat  ini menjelaskan tentang buah tiin dan buah zaitun.
1.      Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun.
            Yang dimaksud dengan Tiin oleh sebagian ahli tafsir ialah tempat tinggal Nabi Nuh, Yaitu Damaskus yang banyak pohon Tiin; dan zaitun ialah Baitul Maqdis yang banyak tumbuh Zaitun. Namun hal ini belum membimbing pikiran kita untuk mendapatkan penjelasan yang dapat diterapkan  manusia sehari – hari. Bila Tiin dan zaitun sebagai  nama kota, tentu sulit bagi kita untuk mendapatkan petunjuk darinya. Tiin adalah buah yang padat yang bisa dimakan oleh manusia, berfungsi untuk mengenyangkan perut. Ini adalah fakta bahwa buah tiin adalah buah padat yang berfungsi sebagai makanan. Sedangkan zaitun lebih dikenal sebagai buah penghasil minyak, minyak adalah cairan. Cairan adalah minuman yang dibutuhkan oleh manusia. Kalau begitu  zaitun adalah lambang minuman.
            Sehingga kita mendapatkan makna dari ayat pertama ini adalah demi Tiin dan buah zaitun, demi makanan dan minuman.  Karena dua hal ini adalah kebutuhan paling utama bagi manusia untuk dapat hidup dimuka bumi. Maka Allah memberikan penjelasan kepada manusia tentang dua hal yang paling penting bagi dirinya untuk dapat bertahan hidup dan berperan sebagai khalifatullah. Tak mungkin kita berperan bila tak hidup. Maka hidup itu adalah syarat utama untuk bisa berperan.
Ayat kedua dari surat ini berbunyi
2.      Dan demi bukit Thursina
            Bukit thursina ada di sinai sana, lalu bagaimana hubungannya dengan ayat pertama tadi?. Tentu saja manusia setelah mendapatkan makanan dan minuman maka ia akan beribadah sebagai prilaku dirinya yang mengabdi hanya kepada Allah. Thursina adalah bukit, lambang sebuah kekuatan. Tentu manusia kuat dan tegak bila sudah makan dan minum. Tegaknya diri kita dalam beribadah kepada Allah adalah lambang thursina. Maka dapat kita ilustrasikan dalam tabel adalah sebagai berikut.
Buah Tiin
Buah Zaitun
Bukit Thursina
Makanan
Minuman
Sehat dan Beribadah
            Dengan demikian ayat 1 -2 surat ini benar –benar menjelaskan masalah yang sangat penting bagi manusia yaitu apa yang dimakan, apa yang diminum adalah dalam rangka untuk beribadah kepada Allah. Makanan dan minuman yang kita konsumsi akan menghasilkan tenaga atau energi. Energi yang kita dapatkan inilah yang akan kita pergunakan untuk berperan dan beribadah dalam segala segi kehidupan.
Ayat ke tiga ini kemudian menjelaskan tentang negeri yang aman.
3.      Dan demi kota (Mekah) ini yang aman
            Mengapa pada ayat ke-3 ini Allah tiba – tiba menjelaskan suatu negeri yang aman. Negeri yang aman itu tentu saja adalah suatu negeri yang didalamnya terdapat kedamaian. Tidak ada pergolakan yang menghacurkan  negeri. Maka syarat untuk menjadikan sebuah negeri yang aman adalah dengan menyediakan Makanan dan minuman bagi masyarakatnya dan semua masyarakatnya beribadah kepada Allah sebagai rasa syukur atas makanan dan minuman yang diberikan-Nya.
            Negeri yang aman  adalah  negeri yang cukup makanan dan minumannya dan semuanya dari pejabat hingga rakyat beribadah kepada Allah SWT. Inilah jaminan Allah pada manusia bila ingin negerinya menjadi aman dan sentosa.
            Berbicara tentang negeri yang aman, didalam ilmu kenegaraan juga dikenal tentang ilmu Leadership, management dan administrasi. Semua orang yang paham negara pasti memahami bahwa untuk menciptakan sistem negara yang aman maka didalam negara tersebut harus berlangsung satu sistem Leadership, Management dan Administrasi yang baik.
           Artinya sebuah negara akan aman dan sejahtera bila berlangsung kepemimpinan yang baik, management yang efektif dan administrasi yang sistematis. Hal ini berlaku secara global diberbagai negara. Kekacauan juga akan terjadi bila didalam suatu negara tidak terjadinya interaksi dan interelasi ketiga hal ini dengan baik.
            Bila proyeksi sebuah negara di kaitkan dengan diri kita yang juga merupakan gabungan berbagai system seperti layaknya sebuah negeri. Maka hal ini bisa dikaitkan dengan berbagai kemampuan pada diri kita yang dapat membuat diri kita aman lahir dan bathin, contohnya adalah kemampuan mendengar dan melihat akan menghasilkan bicara yang benar.
Buah Tiin
Buah Zaitun
Bukit Thursina
MELIHAT
MENDENGAR
BICARA

            Bicara yang benar dan berkualitas tentu dihasilkan dari sumber yang baik, yaitu pendengaran dan penglihatan yang baik pula. Data dari penglihatan dan pendengaran inilah yang kemudian diolah mejadi kualitas bicara yang baik. Tak mungkin seseorang berbicara dengan baik bila tidak memiliki data dari apa yang dilihat dan dengar . Bila dikaitkan dengan lingkup masyarakat terkecil yaitu keluarga kita, maka konsep ini akan menjelma menjadi berikut
  Buah Tiin
Buah Zaitun
Bukit Thursina
Ibu yang baik
Bapak yang baik 
Anak yang baik
Keluarga yang baik adalah ibarat negeri yang baik, maka syarat bagi keluarga yang aman adalah ada Bapak dan Ibu yang baik dan akan menghasilkan anak yang baik. Didalam hadits juga dikatakan bahwa setiap anak adam akan mati maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga hal yaitu Shadaqah / jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang shaleh. Bila kita ingin aman dari siksa naar maka lakukanlah tiga hal yaitu :
Buah Tiin
Buah Zaitun
Bukit Thursina
Shadaqah 
Ilmu yang berguna  
Anak yang shaleh

            Maka semakin jelaslah bagi kita bahwa tafsir Al-Qur’an itu haruslah bersifat universal dan mencerdaskan serta aplikatif dapat dilakukan oleh setiap manusia. Dari satu ayat yang sederhana itu saja kita mendapatkan makna yang begitu mendalam.
            Pada hakikatnya setiap manusia ingin memiliki diri yang aman. Aman dari kehidupan dunia dan akhirat, oleh sebab itu  Allah memberikan jawabannya melalui surat ini juga yang dihubungkan dengan Baitullah. Baitullah adalah hadapan dan cerminan kepribadian kita yang setiap hari kesanalah keperibadian diri ini kita hadapkan. Seperti termaktub dalam surat Al Baqarah ayat 149.
Artinya :”dan dari mana saja kamu keluar (datang), Maka Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil haram, Sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu. dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.
            Baitullah memiliki tiga simbol yang sangat kuat dan menjadi hadapan manusia untuk mengidentifikasikan diri kedalam kepribadian Baitullah. Yaitu Hajar Aswad, Maqam Ibrahim, dan  Hijir Ismail.  Ketiga hal ini mewakili tiga simbol kebaikan yang harus dimiliki manusia bila ingin hidup ini aman dan  damai. Bila kita ilustrasikan akan terlihat seperti dibawah ini :
Buah Tiin
Buah Zaitun
Bukit Thursina
Hajar aswad 
Maqam Ibrahim  
Hijir Ismail 
Al Qur’an
Shalat
Zakat

            Diri ini akan aman apabila kita mau untuk membaca dan mempelajari Al -Qur’an, menegakkan shalat dan suka untuk berzakat. Hal ini yang akan mengamankan diri kita dari azab dunia dan akhirat. Berbahagialah  manusia yang gemar membaca dan mengkaji AlQur’an, menegakkan shalat dan suka berzakat. Inilah diri yang aman yang memiliki tiga hal paling penting dalam hidup manusia.
Di dalam kitab Ruhul Ma’ani disebutkan yag dimaksud dengan negeri yang aman adalah negeri Mekkah. Sebagaimana Hadits Marfu’:
هُوَ  مَكَاَنَ اْلبَيْتَ الَّذِى هُوَ هُدًى لِلْعَالَمِيْنَ وَمَوْلُوْدُ رَسُوْلُ الله صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ومَبْعَثُــهُ
Artinya: yaitu sebuah tempat tinggal (Baitullah) dia sebagai petunjuk bagi sekalian alam dan Mekkah adalah tempat lahirnya Rasulullah saw dan di utusnya.
Ayat selanjutnya Allah menegaskan tentang sempurnanya diri manusia.
4. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik- baiknya
Maka sebaik – baiknya diri manusia adalah yang memiliki tiga kriteria di atas yang telah dijelaskan dengan gamblang . inilah diri manusia yang sebaik – baiknya ciptaan dari Allah SWT, paling tidak bila diilustrasikan akan berbentuk sebagai berikut :
Qs At Tiin
Perangkat diri
Amal manusia
Baitullah Concept
Organisasi
Perangkat indra
Keluarga
Tiin
Indra
Shadaqah
Al Qur’an
Management
Mata
Ibu
Zaitun
Otak
Ilmu bermanfaat
Shalat
Leadership
Telinga
Bapak
Thursina
Hati
Anak shaleh
Zakat
Administrasi
Mulut
Anak

Sebaik-baiknya manusia ialah yang memiliki berbagai hal di atas yang telah dijelaskan dari surat At Tiin ini. Maka apabila manusia tidak menggunakan konsep yang yang telah sedemikian bagusnya bagi kelangsungan fitrah dirinya. Jatuhlah manusia kemudian menjadi makhluk yang paling hina. Menjadi asfal…manusia dibawah yang diseret – seret oleh budaya dan peradaban. Menjadi aspal hitam yang dilindas oleh kendaraan dunia karena mengingkari kebenaran yang nyata yang datangnya dari Allah Swt.
Menurut di dalam kitab Ruhul Ma’ani disebutkan yang di kehendaki dengan ayat diatas adalah jenis manusia yang mengandung arti orang yang mukmin bukan dikhususkan dengan orang kafir .
5. Kemudian Kami kembalikan Dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),
            Manusia menjadi mahkluk yang rendah karena tidak menggunakan perangkat Tiin, zaitun dan Thursina yang telah kita kaji di atas.
Ayat selanjutnya mengingatkan manusia untuk bertobat dan kembali menjalankan perintah Allah.
1.        Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.

            Yaitu orang–orang yang dengan konsep di atas terus menerus melakukan perbaikan dengan perbaikan bagi dirinya sehingga dia akan mendapatkan dirinya selalu berkembang dan berkualitas dari waktu ke waktu .
7.        Maka Apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu?

Maka jangan lagi kita berdusta setelah mengetahui konsep ini ( diin ), bila kita dustai maka Allah mengadili diri kita dengan seadil–adilnya atas kelalaian diri kita menyia–yiakan diri yang hebat dan penuh sarwa nilai ini.
8.   Bukankah Allah hakim yang seadil-adilnya?
Mari kita perhatikan lagi diri kita dari konsep tiin, zaitun dan thursina ini, apakah diri kita ini telah memiliki kriteria sebagai manusia yang sempurna seperti Allah menyempurnakan diri kita ? kesempurnaan diri kita ini akan lengkap bila kita punya kemauan yang keras untuk tiga hal yaitu :
1.        Membaca dan Mengkaji Al Qur’an
2.        Menegakkan Shalat
3.        Dan suka menolong orang lain.

            Inilah yang akan mengamankan diri kita dari prahara dunia, dan ketiga hal ini jugalah yang memproyeksikan diri manusia yang sempurna,  Insana Fii Ahsani Taqwim. Bila tiga hal ini diabaikan  maka siap–siaplah untuk menjadi orang yang paling buruk dan  menjadi aspal, dipengaruhi budaya dan peradaban artinya tidak fitrah.  

<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-6303669560088871"crossorigin="anonymous"></script>

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SURGA FIRDAUS IMPIAN ORANG BERIMAN

                                                             SURGA FIRDAUS      Setiap muslim pasti ingin masuk kedalam surga dan mereka b...