Selasa, 03 Februari 2015

SEPUTAR AL-QURAN


No
Surah
Ayat
Jumlah
No
Surah
Ayat
Jumlah
No
Surah
Ayat
Jumlah
1
Al Fatihah
7
7
39
Az Zumar
75
4133
77
Al Mursalat
50
5672
2
Al Baqarah
286
293
40
Al Mu’min
85
4218
78
An Naba’
40
5712
3
Ali Imran
200
493
41
Fushilat
54
4272
79
An Nazi’at
46
5758
4
An Nisa
176
669
42
Asy Syura
53
4325
80
Abasa
42
5800
5
Al Maidah
120
789
43
Az Zukhruf
89
4414
81
At Takwir
29
5829
6
Al An’am
165
954
44
Ad Dukhon
59
4473
82
Al Infitor
19
5848
7
Al A’raf
206
1160
45
Al Jasiah
37
4510
83
Al Muthoffifin
36
5884
8
Al Anfal
75
1235
46
Al Ahqaf
35
4545
84
Al Insyiqoq
25
5909
9
At Taubah
129
1364
47
Muhammad
38
4583
85
Al Buruj
22
5931
10
Yunus
109
1473
48
Al Fath
29
4612
86
Ath Thariq
17
5948
11
Hud
123
1596
49
Al Hujurat
18
4630
87
Al A’la
19
5967
12
Yusuf
111
1707
50
Qaaf
45
4675
88
Al Ghosyiah
26
5993
13
Ar Ra’d
43
1750
51
Az Zaariyat
60
4735
89
Al Fajr
30
6023
14
Ibrahim
52
1802
52
At Tuur
49
4784
90
Al Balad
20
6043
15
Al Hijir
99
1901
53
An Najm
62
4846
91
Asy Syams
15
6058
16
An Nahl
128
2029
54
Al Qamar
55
4901
92
Al Lail
21
6079
17
Al Isra
111
2140
55
Ar Rahman
78
4979
93
Adh Dhuha
11
6090
18
Al Kahfi
110
2250
56
Al Waqi’ah
96
5075
94
Al Insyirah
8
6098
19
Maryam
98
2348
57
Al Hadid
29
5104
95
At Tiin
8
6106
20
Thoha
135
2483
58
Al Mujadilah
22
5126
96
Al ‘Alaq
19
6125
21
Al Anbiya
112
2595
59
Al Hasyr
24
5150
97
Al Qadar
5
6130
22
Al Hajj
78
2673
60
Al Mumtahanah
13
5163
98
Al Bayyinah
8
6138
23
Al Mu’minum
118
2791
61
Ash Shaaf
14
5177
99
Al Zalzalah
8
6146
24
An Nuur
64
2855
62
Al Jumu’ah
11
5188
100
Al ‘Adiyat
11
6157
25
Al Furqan
77
2932
63
Al Munafiqun
11
5199
101
Al Qariah
11
6168
26
Asy Syu’ara
227
3159
64
At Taghabun
18
5217
102
At Takatsur
8
6176
27
An Naml
93
3252
65
At Thalaq
12
5229
103
Al Ashr
3
6179
28
Al Qashash
88
3340
66
At Tahrim
12
5241
104
Al Humazah
9
6188
29
Al Ankabut
69
3409
67
Al Mulk
30
5271
105
Al Fiil
5
6193
30
Ar Ruum
60
3469
68
Al Qalam
52
5323
106
Quraisy
4
6197
31
Luqman
34
3503
69
Al Haqqah
52
5375
107
Al Ma’uun
7
6204
32
As Sajadah
30
3533
70
Al Ma’arij
44
5419
108
Al Kautsar
3
6207
33
Al Ahzab
73
3606
71
Nuh
28
5447
109
Al Kafirun
6
6213
34
Saba’
54
3660
72
Al Jin
28
5475
110
An Nashr
3
6216
35
Fatir
45
3705
73
Al Muzzamil
20
5495
111
Al Lahab
5
6221
36
Yasin
83
3788
74
Al Muddassir
56
5551
112
Al Ikhlas
4
6225
37
As Saffat
182
3970
75
Al Qiyamah
40
5591
113
Al Falaq
5
6230
38
Shod
88
4058
76
Al Insan
31
5622
114
An Naas
6
6236
Jumlah
Juzz
Surah
Ayat
Basmallah
30
114
6236
112

































<script async

src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-6303669560088871"crossorigin="anonymous"></script>

 

(JUMLAH AYAT, NAMA  SURAH DAN SURAH–SURAH MAKIYYAH DAN MADANI
                                                        SURAT-SURAT MAKIYAH
No
Nama Surah
No
Nama Surah
No
Nama Surah
No
Nama Surah
No
Nama Surah
1
Al Fatihah
18
An Naml
35
Al Jasiyah
52
Al Mursalat
69
Al Insyirah
2
Al An’am
19
Al Qashash
36
Al Ahqaaf
53
An Naba
70
At Tiin
3
Al A’raf
20
Al Ankabut
37
Qoof
54
An Naziat
71
Al 'Alaq
4
Yunus
21
Ar Ruum
38
Az Zariyat
55
'Abasa
72
Al Qadar
5
Hud
22
Luqman
39
Ath Thuur
56
At Takwir
73
Al 'Aadiyaat
6
Yusuf
23
As Sajadah
40
An Najm
57
Al Infithor
74
Al Qariah
7
Ibrahim
24
Saba'
41
Al Qamar
58
Al Mutaffifin
75
At Takatsur
8
Al Hijr
25
Fathir
42
Al Waqi'ah
59
Al Insyiqaq
76
Al 'Ashr
9
An Nahl
26
Yaasiin
43
Al Mulk
60
Al Buruj
77
Al Humazah
10
Al Isra
27
Ash Shaffat
44
Al Qalam
61
Ath Thoriq
78
Al Fiil
11
Al Kahfi
28
Shood
45
Al Haqqah
62
Al A'la
79
Quraisy
12
Maryam
29
Az Zumar
46
Al Ma'arij
63
Al Ghasiyah
80
Al Ma'uun
13
Thoha
30
Al Mu'min
47
Nuh
64
Al Fajr
81
Al Kautsar
14
Al Anbiya
31
Fushilat
48
Al Jin
65
Al Balad
82
Al Kafirun
15
Al Mu'minun
32
Asy Syura
49
Al Muzzamil
66
Asy Syams
83
Al Lahab
16
Al Furqon
33
Az Zukhruf
50
Al Muddatstsir
67
Al Lail
84
Al Ikhlas
17
Asy Syu'araa
34
Ad Dukhon
51
Al Qiyamah
68
Adh Dhuha
85
Al Falaq
86
An Naas
SURAT-SURAT MADANIYAH
No
Nama Surah
No
Nama Surah
No
Nama Surah
No
Nama Surah
No
Nama Surah
1
Al Baqarah
7
Ar Ra'd
13
Al Hujurat
19
Ash Shaaf
25
Al Insan
2
Ali Imran
8
Al Hajj
14
Ar Rahman
20
Al Jum'ah
26
Al Bayyinah
3
An Nisa
9
An Nuur
15
Al Hadid
21
Al Munafiqun
27
Az Zalzalah
4
Al Maidah
10
Al Ahzab
16
Al Mujadillah
22
At Taghabun
28
An Nashr
5
Al Anfal
11
Muhammad
17
Al Hasyr
23
At Talaq
6
At Taubah
12
Al Fath
18
Al Mumtahanah
24
At Tahrim


















FUNGSI TURUNNYA AL_QUR'AN

Ramadhan adalah bulan ke-sembilan tahun Hijriyah yang sangat dirindukan dan didambakan oleh seluruh ummat manusia di muka bumi, khususnya orang-orang Islam karena didalamnya ada peristiwa yang sangat penting pada bulan tersebut, yaitu turunnya Al-Qur’an sebagai hadiah jiwa yang berisi petunjuk hidup untuk manusia.    Di bulan tersebut setiap masjid, surau / langgar banyak orang melakukan shalat tarawih dan melakukan tadarus Al-Qur’an pada malam hari. Pada siang hari melaksanakan kegiatan shaum, serta pada malam hari nampak suasana semarak dengan hiasan penerangan lampu dan pernak-pernik yang meliputinya.       Kadang-kadang itulah yang diperjuangkan oleh kebanyakan orang, dengan melakukan perayaan-perayaan yang sifatnya ritual (srimonial) tanpa makna, setiap Ramadhan tiba tumbuh para pedagang dan banyak pembeli untuk mempersiapkan diri menyambut lebaran hanya untuk memenuhi kebutuhan perut, kenikmatan dan kebanggaan, bahkan ada sekolah-sekolah diliburkan tanpa kegiatan. 
Menjelang akhir Ramadhan kebanyakan orang kesannya hanya bayar zakat fitrah dan semua serba baru terutama pakaian dan makanan enak. Peristiwa ini terulang-ulang setiap tahunnya dengan begitu besar biaya baik materi maupun non materi yang dilakukan dari nenek moyang kita, orang tua kita bahkan sampai dengan kita sekarang hampir-hampir tanpa meninggalkan  makna yang seharusnya membekas dalam jiwa.
            Sebagai generasi muda bangsa harus mempunyai tekad untuk terus belajar dan membentuk konsep masa depan dengan Al-Qur’an yang sudah terpola rasa, pikiran dan tindakannya yang pasti nyata kebenarannya.

          Dari konteks ayat tersebut dimana semua umat muslim mengetahui bahwa bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Qur’an yang menjadi petunjuk, penerang dan pembeda bagi orang-orang beriman.
            Berdasarkan terminology bahasa Arab, Al-Qur’an berasal dari kata “Qara’a” yang artinya membaca. Bila kita membaca, secara esensi sebenarnya yang dibaca hanya 2 (dua) yaitu huruf dan angka. Hal ini adalah pengalaman hidup setiap manusia bahwa apapun yang dilihatnya dan diteliti sebenarnya hanya terdiri dari dua hal yaitu huruf dan angka.         
Bila membaca kata “guru” maka terbayang di benak kitasejumlah huruf g, u, r, u menjadi sebuah rangkaian kata yang bermakna sekaligus jumlah guru yang dilihat, misalnya 1 orang atau 2 orang. Begitu juga ketika melihat ruang kelas, maka akan terbayang di dalamnya ada murid, kursi dan meja belajar yang merupakan gabungan huruf-huruf, sedangkan kondisi ruang kelas berhubungan dengan jumlah murid dengan kursi dan meja belajarnya.
          Apabila kita membaca huruf, maka akan mendapatkan sosok dan apabila membaca angka, maka akan mendapatkan jumlah.  Kalau membaca sebuah ayat dalam Al-Quran, maka yang terlebih dahulu dibaca adalah kumpulan huruf yang membentuk satu kalimat, setelah selesai membaca ayat tersebut baru menemukan angka yang merupakan nomor ayat.
Contoh sederhana,  ketika  masih kanak-kanak, kita disuruh atau diajarkan membaca sejumlah huruf dan membaca sejumlah  angka. Namun kebanyakan manusia setelah membaca angka dia justeru stagnasi sebagai mesin penghitung, menjadi penikmat berhitung-hitung untung dan rugi, yaitu suka dalam hal mengali dan menambah dan tidak suka untuk membagi karena dianggapnya rugi. Maka Al-Qur’an diturunkan Allah bagi manusia , agar manusia mampu  membaca huruf dan angka dengan kata lain mamapu membaca seluruh isi alam semesta.Al-Qur’an adalah pedoman hidup bagi manusia untuk menuntun perilaku hidup agar selamat di dunia dan akhirat.  Di Dalam al quran mengandung petunjuk  yaitu pengetahuan 
yang mengarahkan kejalan yang benar, penjelasan  yaitu rincian tentang pentunjuk tersebut,   dan pembeda  yaitu kemampuan membedakan tujuan yang benar atau yang salah. Al-Qur’an adalah petunjuk sekaligus penjelasan mengenai petunjuk tersebut. Dari ayat diatas, Al-Qur’an diturunkan pada bulan Ramadhan. Agar dapat mencapai kualitas Al-Qur’an sebagai Hudan adalah ketika keadaan bathin kita Syahru Ramadhan, dimana ramadhan berasal dari kata ÙB yang artinya membakar.   Kita melakukan shaum di bulan ramadhan, bulan pembakaran, yang dibakar tentunya adalah  segala sifat buruk dan prilaku hidup kita yang tidak benar misal nya malas, iri, dengki, permusuhan dsb,  dengan demikian akan terbentuk suasana jiwa ramadhan yaitu kesiapan hati untuk menerima bimbingan langsung dari Allah Swt.  Dalam situasi Shaum, di mana pada saat itu kita dapat menahan dan mengendalikan kebutuhan yang cenderung dapat menguasai diri. Pengendalian itu sesungguhnya hendak menempatkan kembali kebutuhan sebagai support atau pendukung hidup, di samping  mengukuhkan kembali fungsi hidup manusia sebagai seorang Khalifah. Memang, semua orang yang hidup harus makan, tapi apa yang dimakan, cara memperolehnya dan bagaimana menikmatinya pasti berbeda-beda. Ini menunjukkan bahwa perbedaan antara manusia yang satu dengan lainnya bukan sekedar apa yang dibutuhkannya tapi apa yang terjadi di dalam dirinya yang telah mendorongnya untuk memilih suatu kebutuhan dan juga cara memperolehnya. Perbedaan-perbedaan inilah yang telah menciptakan berbagai fenomena kehidupan. Maka Al-Qur’an, mendorong agar manusia menggunakan potensi-potensi penting dalam dirinya karena Al-Qur’an akan memperbaiki dan mengoptimalkan otak manusia, seperti mengajak manusia berpikir logis dan menggunakan hati nurani secara tepat, menggunakan aqal untuk melakukan pertimbangan, memperhatikan agar memilih informasi-informasi yang bermanfaat, mendukung manusia untuk menuntut ilmu serta penegasan pentingnya hubungan yang harmonis antar manusia. Tidak satupun potensi hidup manusia diabaikan dan dibunuh, tapi semua harus diletakkan pada tempatnya dan dikendalikan kepada tujuannya, yaitu Allah.
Tanggung jawab hidup manusia tidak hanya sekedar untuk dirinya sendiri, tapi juga bertanggung jawab terhadap keseimbangan dan keharmonisan interaksi dengan luar dirinya. Jadi, siapapun yang menempatkan Al-Qur’an sebagai Hudan, maka akan sanggup mengatur dan mengendalikan dirinya dalam rangka keseimbangan serta keharmonisan interaksi dengan luar dirinya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Al-Qur’an hudalinnaas, petunjuk bagi manusia, petunjuk untuk mencapai Al Haq.
            Apabila setiap hari senantiasa membaca dan mempelajari Al-Qur’an, maka akan terbentuk 3 kemampuan yaitu: 
1. Hudan, dia akan selalu mendapatkan petunjuk jawaban serta penyelesaian dari seluruh     permasalahan hidupnya
2. Bayyinati minal huda, dia akan mendapatkan kemampuan berfikir yang jelas dan           wawasan dalam menjalani hidupnya.
3. Furqan,dia akan memiliki kemampuan membedakan untuk memilah dan memilih mana     yang benar atau salah dalam hidupnya.
Petunjuk bagi manusia, petunjuk untuk mengembangkan kemampuan an naas, yaitu kemampuan manusia berinteraksi dengan luar diri dalam rangka memenuhi kebutuhannya.Tentulah manusia mempunyai kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya. Manusia juga mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan menjawab tantangan hidup yang dihadapinya. Hidup mendorong manusia melakukan sesuatu, beraktifitas, bergerak bahkan mempertahankannya. Dorongan ini kadang begitu kuatnya sehingga yang diperlukan adalah keyakinan terhadap kebenaran bukan selalu membenarkan  kebiasaan Seperti kelaparan yang hanya butuh makanan, tidak peduli makanan itu baik atau tidak, pokoknya cukup yakin dan percaya.
Kebutuhan perut dan kebutuhan seks telah menjadi realita kehidupan sehari-hari. Penderitaan dan kesengsaraan mengancam kehidupan manusia bila kebutuhan tersebut 
Untuk itulah maka Allah menurunkan petunjuk bagi manusia, Hudalinnaas, seperti ternukil dalam QS. Al Baqarah ayat 185 : 
(beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur

TANDA
ARTI
CONTOH
رضا
Tanpa Keluh Kesah
Cobaan apapun yang menimpa kita baik itu kesusahan ataupun kesenangan kita menjalaninya dengan lapang dada dan tidak selalu mencari hikmah dan  nilai dari apa yang terjadi.
صبر
Tanpa Batas
Apabila mendapatkan cemoohan atau kritikan dari siapa saja hendaknya jangan bersikap reaktif dan emosional.
اخلاص
Tanpa Beban
Apapun tugas yang didapat baik dari guru maupun orang tua selalu diselesaikan dengan rasa tanggung jawab.









didalamnya kecerdasan serta  dengan lapang hati, dimulai dengan membaca Surah Al Baqarah 2:185 

<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-6303669560088871"crossorigin="anonymous"></script>

 


Rabu, 19 November 2014

BERBUSANA MUSLIM DAN MUSLIMAH

Cermati kisah berikut!

Bagi Anda yang menyukai film-film Indonesia tahun 90-an pasti sudah tidak asing lagi dengan sosok aktris cantik sebutlah namanya neneng. Anak kelima dari enam bersaudara ini mengawali kariernya di dunia perfilman Indonesia bertema syur sehingga membuat dirinya lekat dengan sebutan bintang film “panas”. Perempuan kelahiran Jakarta 37 tahun silam ini, sejak tahun 2001 berubah total. Ia memutuskan untuk memakai jilbab. Namun, dia berkeyakinan bahwa berjilbab juga harus diikuti dengan perubahan tingkah laku dalam kesehariannya. Dia tidak mau dianggap berjilbab, tetapi tidak memberi contoh kepada mereka yang tidak berjilbab. Lama menjadi selebriti yang konsisten berjilbab, Neneng, panggilan akrab nya, makin giat dan yakin. Dirinya pun merasa bahwa berjilbab adalah wujud syi’ar atas agama yang dia peluk. “Berjilbab itu salah satu bentuk syi’ar saya kepada orang lain.
Dengan orang melihat saya seperti ini dan orang bisa ikutin saya untuk berjilbab, itu dampaknya sangat baik,” kata Neneng saat ditemui di Indonesia Islamic Fashion Fair 2013 di JCC, Jakarta, Kamis (30/5), seperti dilansir situs kapanlagi.com.
Selama memakai jilbab, Neneng mengaku lebih merasakan ketenangan. “Perbedaan setelah pakai jilbab adalah bahagia dunia akhirat, ketenangannya beda, menemukan ketenangan yang luar biasa,” ujarnya kala itu. Neneng juga pernah mengatakan bahwa keputusan dia untuk mengenakan jilbab bukan karena mengikuti “tren” atau karena dari keinginan pihak lain. Dia menyebut keinginannya memakai jilbab semata-mata karena panggilan hati mengikuti jalan Allah Swt. Perempuan yang sudah bermain di belasan judul film layar lebar ini selalu berusaha untuk tampil modis dengan jilbabnya, tanpa harus mengurangi tuntunan syar’iah. (Dikutip dari: http://www.merdeka.com)

Aktivitas 1:
Carilah melalui berbagai media, para aktris/aktor atau public figure yang telah mengubah penampilan cara berpakaiannya secara islami. Kemudian, berilah kesimpulan tentang perubahan penampilan tersebut, apakah sudah mencerminkan sikap pribadi yang baik ataukah belum!

Mengkritisi Sekitar Kita

Cermati wacana berikut!

Tren berbusana muslimah di kalangan perempuan Indonesia beberapa tahun terakhir ini merupakan fenomena yang menggembirakan. Tentu hal ini sangat berbeda dengan kondisi sebelumnya. Semangat perempuan Indonesia untuk mengenakan jilbab hampir dapat dijumpai di semua area publik, baik di lingkungan pemerintahan maupun di lingkungan swasta. Fenomena ini merupakan dampak positif media yang memberikan informasi tentang para aktris atau public figure lainnya yang menyadari pentingnya melaksanakan salah satu ajaran Islam mengenai menutup aurat.
Namun demikian, jika perilaku berbusana muslimah hanya disebabkan tren dan bukan karena kesadaran keagamaan yang memerintahkan kaum hawa dalam menutup aurat, dikhawatirkan akan dapat mencederai ajaran Islam itu sendiri. Betapa tidak, banyak dijumpai para perempuan yang secara §ahir sudah berbusana secara Islami, tetapi akhlak dan perilakunya belum mencerminkan makna hakiki dari ajaran Islam untuk menutup aurat. Misalnya, masih banyak perempuan berjilbab yang berpacaraan, berboncengan motor dengan orang yang bukan mahramnya dengan begitu mesra, dan lain sebaginya. Tentu saja hal tersebut sangat tidak sesuai dengan maksud menutup aurat. Idealnya, para perempuan muslim yang telah berbusana sesuai dengan perintah agama, mampu menampilkan pribadi yang dapat
menjadikan contoh bagi orang yang belum melaksanakannya.
Sebagai renungan bersama, mari diskusikan pernyataan yang sering muncul di tengah-tengah masyarakat, “Lebih baik tidak berjilbab, tetapi sopan pada sesama, menjaga perkataan dusta dan gibah, dan lainnya daripada berjilbab tetapi tidak berakhlak baik pada sesama.” Bagaimana pendapat kamu tentang hal tersebut?

Aktivitas 2:
Akhir-akhir ini muncul perdebatan tentang penggunaan jilbab di kalangan polisi wanita (Polwan) oleh Mabes Polri. Ada pihak yang tidak menyetujui dengan rencana tersebut dengan alasan yang belum jelas. Kemukakan pendapat kamu tentang hal tersebut! Bagaimana dengan larangan di sejumlah perusaan atau dunia kerja terhadap pekerja yang berjilbab?

Memperkaya Khazanah Peserta Didik

A. Memahami Makna Busana Muslim/Muslimah dan Menutup Aurat

1. Makna Aurat
Menurut bahasa, aurat berati malu, aib, dan buruk. Kata aurat berasal dari kata awira yang artinya hilang perasaan. Jika digunakan untuk mata, berarti hilang cahayanya dan lenyap pandangannya. Pada umumnya, kata ini memberi arti yang tidak baik dipandang, memalukan dan mengecewakan. Menurut istilah dalam hukum Islam, aurat adalah batas minimal dari bagian tubuh yang wajib ditutupi karena perintah Allah Swt.
2. Makna Jilbab dan Busana Muslimah
Secara etimologi, jilbab adalah sebuah pakaian yang longgar untuk menutup seluruh tubuh perempuan kecuali muka dan kedua telapak tangan. Dalam bahasa Arab, jilbab dikenal dengan istilah khimar, dan bahasa Inggris jilbab dikenal dengan istilah veil. Selain kata jilbab untuk menutup bagian dada hingga kepala wanita untuk menutup aurat perempuan, dikenal pula istilah kerudung, hijab, dan sebagainya.
Pakaian adalah barang yang dipakai (baju, celana, dan sebagainya). Dalam bahasa Indonesia, pakaian juga disebut busana. Jadi, busana muslimah artinya pakaian yang dipakai oleh perempuan. Pakaian perempuan yang beragama Islam disebut busana muslimah. Berdasarkan makna tersebut, busana muslimah dapat diartikan sebagai pakaian wanita Islam yang dapat menutup aurat yang diwajibkan agama untuk menutupinya, guna kemaslahatan dan kebaikan wanita itu sendiri serta masyarakat di mana ia berada.
Perintah menutup aurat sesungguhnya adalah perintah Allah Swt. Yang dilakukan secara bertahap. Perintah menutup aurat bagi kaum perempuan pertama kali diperintahkan kepada istri-istri Nabi Muhammad saw. agar tidak berbuat seperti kebanyakan perempuan pada waktu itu (Q.S. al-Ahzāb/33: 32-33). Setelah itu, Allah Swt. memerintahkan kepada istri-istri Nabi saw. agar tidak berhadapan langsung dengan laki-laki bukan mahramnya (Q.S. al-Ahzāb/33:53). Selanjutnya, karena istri-istri Nabi saw. juga perlu keluar rumah untuk mencari kebutuhan rumah tangganya, Allah Swt. memerintahkan mereka untuk menutup aurat apabila hendak keluar rumah (Q.S. al-Ahzāb/33:59).
Dalam ayat ini, Allah Swt. memerintahkan untuk memakai jilbab, bukan hanya kepada istri-istri Nabi Muhammad saw. dan anak-anak perempuannya, tetapi juga kepada istri-istri orang-orang yang beriman. Dengan demikian, menutup aurat atau berbusana muslimah adalah wajib hukumnya bagi seluruh wanita yang beriman.

B. Ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadis tentang Perintah Berbusana Muslim/Muslimah

1. Q.S. al-Ahzab/33:59 


Artinya :“Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Swt. Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

2. Q.S. An-Nμr/24:31


Artinya :“Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (aurat-nya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putraputra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.”

Kandungan Q.S. al-Ahzāb/33:59

Dalam ayat ini, Rasulullah saw. diperintahkan untuk menyampaikan kepada para istrinya dan juga sekalian wanita mukminah termasuk anak-anak perempuan beliau untuk memanjangkan jilbab mereka dengan maksud agar dikenali dan membedakan dengan perempuan nonmukminah. Hikmah lain adalah agar mereka tidak diganggu. Karena dengan mengenakan jilbab, orang lain mengetahui bahwa dia adalah seorang mukminah yang baik. Pesan al-Qur’ān ini datang menanggapi adanya gangguan kafir Quraisy terhadap para mukminah terutama para istri Nabi Muhammad saw. Yang menyamakan mereka dengan budak. Karena pada masa itu, budak tidak mengenakan jilbab. Oleh karena itulah, dalam rangka melindungi kehormatan dan kenyamanan para wanita, ayat ini diturunkan. Islam begitu melindungi kepentingan perempuan dan memperhatikan kenyamanan mereka dalam bersosialisasi. Banyak kasus terjadi karena seorang individu itu sendiri yang tidak menyambut ajakan al-Qur’ān untuk berjilbab.
Kita pun masih melihat di sekeliling kita, mereka yang mengaku dirinya muslimah, masih tanpa malu mengumbar auratnya. Padahal Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya rasa malu dan keimanan selalu bergandengan kedua-duanya. Jika salah satunya diangkat, maka akan terangkat keduaduanya.” (Hadis Sahih berdasarkan syarah Syeikh Albani dalam kitab Adabul Mufrad)

Kandungan Q.S. an-Nμr/24:31

Dalam ayat ini, Allah Swt. berfirman kepada seluruh hamba-Nya yang       mukminah agar menjaga kehormatan diri mereka dengan cara menjaga pandangan, menjaga kemaluan, dan menjaga aurat. Dengan menjaga ketiga hal tersebut, dipastikan kehormatan mukminah akan terjaga. Ayat ini merupakan kelanjutan dari perintah Allah Swt. kepada hamba-Nya yang mukmin untuk menjaga pandangan dan menjaga kemaluan. Ayat ini Allah Swt. khususkan untuk hamba-Nya yang beriman, berikut penjelasannya.
Pertama, menjaga pandangan. Pandangan diibaratkan “panah setan” yang siap ditembakkan kepada siapa saja. “Panah setan” ini adalah panah yang jahat yang merusakan dua pihak sekaligus, si pemanah dan yang terkena panah. Rasulullah saw. juga bersabda pada hadis yang lain, “Pandangan mata itu merupakan anak panah yang beracun yang terlepas dari busur iblis, barangsiapa meninggalkannya karena takut kepada Allah Swt., maka Allah Swt. akan memberinya ganti dengan manisnya iman di dalam hatinya.” (Lafal hadis yang disebutkan tercantum dalam kitab Ad-Da’wa Dawa’ karya Ibnul Qayyim).

Panah yang dimaksud adalah pandangan liar yang tidak menghargai kehormatan diri sendiri dan orang lain. Zina mata adalah pandangan haram. Al-Qurān memerintahkan agar menjaga pandangan ini agar tidak merusak keimanan karena mata adalah jendela hati. Jika matanya banyak melihat maksiat yang dilarang, hasilnya akan langsung masuk ke hati dan merusak hati.
Dalam hal ketidaksengajaan memandang sesuatu yang haram, Rasulullah saw. bersabda kepada Ali ra., “Wahai Ali, janganlah engkau mengikuti pandangan (pertama yang tidak sengaja) dengan pandangan (berikutnya), karena bagi engkau pandangan yang pertama dan tidak boleh bagimu pandangan yang terakhir (pandangan yang kedua)” (H.R. Abu Dawud dan At-Tirmidzi, dihasan-kan oleh Syaikh al-Albani).
Kedua, menjaga kemaluan. Orang yang tidak bisa menjaga kemaluannya pasti tidak bisa menjaga pandangannya. Hal ini karena menjaga kemaluan tidak akan bisa dilakukan jika seseorang tidak bisa menjaga pandangannya. Menjaga kemaluan dari zina adalah hal yang sangat penting dalam menjaga kehormatan. Karena dengan terjerumusnya ke dalam zina, bukan hanya harga dirinya yang rusak, orang terdekat di sekitarnya seperti orang tua, istri/ suami, dan anak akan ikut tercemar. “Dan, orang-orang yang memelihara kemaluannya. Kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak-budak yang mereka miliki. Maka sesungguhnya, mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang sebaliknya, mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.” (Q.S. al-Ma’ārij/70:29-31)
Allah Swt. sangat melaknat orang yang berbuat zina, dan menyamaratakannya dengan orang yang berbuat syirik dan membunuh. Sungguh, tiga perbuatan dosa besar yang amat sangat dibenci oleh Allah Swt. Firman-Nya: “Dan, janganlah kalian mendekati zina. Sesungguhnya, zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (Q.S. al- Isrā’/17:32).
Ketiga, menjaga batasan aurat yang telah dijelaskan dengan rinci dalam hadis-hadis Nabi. Allah Swt. memerintahkan kepada setiap mukminah untuk menutup auratnya kepada mereka yang bukan mahram, kecuali yang biasa tampak dengan memberikan penjelasan siapa saja boleh melihat. Di antaranya adalah suami, mertua, saudara laki-laki, anaknya, saudara perempuan, anaknya yang laki-laki, hamba sahaya, dan pelayan tua yang tidak ada hasrat terhadap wanita. Di samping ketiga hal di atas, Allah Swt. menegaskan bahwa walaupun auratnya sudah ditutup namun jika berusaha untuk ditampakkan dengan berbagai cara termasuk dengan menghentakkan kaki supaya gemerincing perhiasannya terdengar, hal itu sama saja dengan membuka aurat. Oleh karena itu, ayat ini ditutup dengan perintah untuk bertaubat karena hanya dengan taubat dari kesalahan yang dilakukan dan berjanji untuk mengubah sikap, kita akan beruntung.

3. Hadis dari Ummu ‘Atiyyah


Dari Umu ‘Atiyah, ia berkata, “Rasulullah saw. memerintahkan kami untuk keluar pada Hari Fitri dan Adha, baik gadis yang menginjak akil balig, wanitawanita yang sedang haid, maupun wanita-wanita pingitan. Wanita yang sedang haid tetap meninggalkan śalat, namun mereka dapat menyaksikan kebaikan dan dakwah kaum Muslim. Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah saw.,salah seorang di antara kami ada yang tidak memiliki jilbab?’ Rasulullah saw. menjawab, ‘Hendaklah saudarinya meminjamkan jilbabnya kepadanya.’” (H.R. Muslim)

a. Kandungan Hadis

Kandungan hadis di atas adalah perintah Allah Swt. kepada para wanita untuk menghadiri prosesi śalat ‘´idul Fitri dan ´idul Adha, walaupun dia sedang haid, sedang dipingit, atau tidak memiliki jilbab. Bagi yang sedang haid, maka cukup mendengarkan khutbah tanpa perlu melakukan śalat berjama’ah seperti yang lain. Wanita yang tidak punya jilbab pun bisa meminjamnya dari wanita lain. Hal ini menunjukkan pentingnya dakwah/khutbah kedua śalat ‘idain. Kandungan hadis yang kedua, yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar berisi tentang kemurkaan Allah Swt. terhadap orang yang menjulurkan pakaiannya dengan maksud menyombongkan diri.

Aktivitas 3:
Carilah ayat al-Qur’ān dan hadis yang berhubungan dengan perintah mengenakan busana muslim dan muslimah atau perintah menutup aurat!

Menerapkan Perilaku Mulia

Mengenakan busana yang sesuai dengan syari’at Islam bertujuan agar manusia terjaga kehormatannya. Ajaran Islam tidak bermaksud untuk membatasi atau mempersulit gerak dan langkah umatnya. Justru dengan aturan dan syari’at tersebut, manusia akan terhindar dari berbagai kemungkinan yang akan mendatangkan bencana dan kemudaratan bagi dirinya. Berikut ini beberapa perilaku mulia yang harus dilakukan sebagai pengamalan berbusana sesuai syari’at Islam, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

1. Sopan-santun dan ramah-tamah

Sopan-santun dan ramah-tamah merupakan ciri mendasar orang yang beriman. Mengapa demikian? Karena ia merupakan salah satu akhlak yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. sebagai teladan dan panutan. Rasulullah adalah orang yang santun dan lembut perkataannya serta ramah-tamah perilakunya. Hal itu ia tunjukan bukan saja kepada keluarga dan sahabat-sahabatnya, tetapi kepada orang lain bahkan kepada orang yang memusuhinya sekalipun.

2. Jujur dan amanah

Jujur dan amanah adah sifat orang-orang beriman dan saleh. Tidak akan keluar perkataan dusta dan perilaku khianat jika seseorang benar-benar beriman kepada Allah Swt. Orang yang membiasakan diri dengan hidup jujur dan amanah, maka hidupnya akan diliputi dengan kebahagiaan. Betapa tidak, banyak orang yang hidupnya gelisah dan menderita karena hidupnya penuh dengan dusta. Dusta adalah seburuk-buruk perkataan.

3. Gemar beribadah
Beribadah adalah kebutuhan ruhani bagi manusia sebagaimana olah raga, makan, minum, dan istirahat sebagai kebutuhan jasmaninya. Karena ibadah adalah kebutuhan, maka tidak ada alasan orang yang beriman untuk melalaikan atau meninggalkannya. Malahan, ia akan dengan senang hati melakukannya tanpa ada rasa keterpaksaan sedikitpun.

4. Gemar menolong sesama

Menolong orang lain pada hakikatnya menolong diri sendiri. Bagi orang yang beriman, menolong dengan niat ikhlas karena Allah Swt. semata akan mendatangkan rahmat dan karunia yang tiada tara. Berapa banyak orang yang gemar membantu orang lain hidupnya mulia dan terhormat. Namun sebaliknya, bagi orang-orang yang kikir dan enggan membantu orang lain, dapat dipastikan ia akan mengalami kesulitan hidup di dunia ini. Tolonglah orang lain, niscaya
pertolongan akan datang kepadamu meskipun bukan berasal dari orang yang kamu tolong!

5. Menjalankan amar makruf dan nahi munkar

Maksud amar makruf dan nahi munkar adalah mengajak dan menyeru orang lain untuk berbuat kebaikan dan mencegah orang lain melakukan kemunkaran/ kemaksiatan. Hal ini dapat dilakukan dengan efektif jika ia telah memberikan contoh yang baik bagi orang lain yang diserunya. Tugas mulia tersebut haruslah dilakukan oleh setiap orang yang beriman. Ajaklah orang lain berbuat kebaikan
dan cegahlah ia dari kemunkaran!


<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-6303669560088871"crossorigin="anonymous"></script>

 


SURGA FIRDAUS IMPIAN ORANG BERIMAN

                                                             SURGA FIRDAUS      Setiap muslim pasti ingin masuk kedalam surga dan mereka b...