Ramadhan
adalah bulan ke-sembilan tahun Hijriyah yang sangat dirindukan dan didambakan
oleh seluruh ummat manusia di muka bumi, khususnya
orang-orang Islam karena didalamnya ada peristiwa yang sangat penting pada
bulan tersebut, yaitu turunnya Al-Qur’an sebagai hadiah jiwa yang berisi
petunjuk hidup untuk manusia. Di
bulan tersebut setiap masjid, surau / langgar banyak orang melakukan shalat
tarawih dan melakukan tadarus Al-Qur’an pada malam hari. Pada siang hari
melaksanakan kegiatan shaum, serta pada malam hari nampak suasana semarak
dengan hiasan penerangan lampu dan pernak-pernik yang meliputinya. Kadang-kadang itulah yang diperjuangkan
oleh kebanyakan orang, dengan melakukan perayaan-perayaan yang sifatnya ritual
(srimonial) tanpa makna, setiap Ramadhan tiba tumbuh para pedagang dan banyak
pembeli untuk mempersiapkan diri menyambut lebaran hanya untuk memenuhi
kebutuhan perut, kenikmatan dan kebanggaan, bahkan ada sekolah-sekolah
diliburkan tanpa kegiatan.
Menjelang akhir Ramadhan kebanyakan orang kesannya hanya
bayar zakat fitrah dan semua serba baru terutama pakaian dan makanan enak. Peristiwa
ini terulang-ulang setiap tahunnya dengan begitu besar biaya baik materi maupun
non materi yang dilakukan dari nenek moyang kita, orang tua kita bahkan sampai
dengan kita sekarang hampir-hampir tanpa meninggalkan makna yang seharusnya membekas dalam jiwa.
Sebagai
generasi muda bangsa harus mempunyai tekad untuk terus belajar dan membentuk
konsep masa depan dengan Al-Qur’an yang sudah terpola rasa, pikiran dan
tindakannya yang pasti nyata kebenarannya.
Dari konteks ayat tersebut dimana semua umat
muslim mengetahui bahwa bulan Ramadhan adalah bulan
diturunkannya Al-Qur’an yang menjadi petunjuk, penerang dan pembeda bagi
orang-orang beriman.
Berdasarkan
terminology bahasa Arab, Al-Qur’an berasal dari kata “Qara’a”
yang artinya membaca. Bila kita membaca, secara esensi sebenarnya yang dibaca
hanya 2 (dua) yaitu huruf dan angka. Hal ini adalah pengalaman hidup setiap
manusia bahwa apapun yang dilihatnya dan diteliti sebenarnya hanya
terdiri dari dua hal yaitu huruf dan angka.
Bila membaca kata “guru” maka terbayang di
benak kitasejumlah huruf g, u, r, u menjadi sebuah rangkaian kata
yang bermakna sekaligus jumlah guru yang dilihat, misalnya 1 orang atau 2
orang. Begitu juga ketika melihat ruang kelas, maka akan terbayang di dalamnya
ada murid, kursi dan meja belajar yang merupakan gabungan huruf-huruf,
sedangkan kondisi ruang kelas berhubungan dengan jumlah murid dengan kursi dan
meja belajarnya.
Apabila kita membaca huruf, maka akan mendapatkan sosok
dan apabila membaca angka, maka akan mendapatkan jumlah. Kalau membaca
sebuah ayat dalam Al-Quran, maka yang terlebih dahulu dibaca adalah kumpulan huruf yang membentuk
satu kalimat, setelah selesai membaca ayat tersebut baru menemukan angka yang
merupakan nomor ayat.
Contoh sederhana, ketika masih kanak-kanak, kita disuruh atau
diajarkan membaca sejumlah huruf dan membaca sejumlah angka. Namun kebanyakan manusia setelah
membaca angka dia justeru stagnasi sebagai mesin penghitung, menjadi penikmat berhitung-hitung untung dan rugi, yaitu suka dalam hal mengali dan menambah
dan tidak suka untuk membagi karena dianggapnya rugi. Maka Al-Qur’an
diturunkan Allah bagi manusia , agar manusia mampu membaca huruf dan angka dengan kata lain
mamapu membaca seluruh isi alam semesta. Al-Qur’an adalah pedoman hidup bagi manusia untuk menuntun
perilaku hidup agar selamat di dunia dan akhirat. Di Dalam al quran mengandung petunjuk yaitu pengetahuan
yang mengarahkan kejalan
yang benar, penjelasan yaitu rincian
tentang pentunjuk tersebut, dan pembeda yaitu
kemampuan membedakan tujuan yang benar atau yang salah. Al-Qur’an
adalah petunjuk sekaligus penjelasan mengenai petunjuk tersebut. Dari ayat
diatas, Al-Qur’an diturunkan pada bulan Ramadhan. Agar dapat mencapai kualitas
Al-Qur’an sebagai Hudan adalah ketika keadaan bathin kita Syahru Ramadhan, dimana
ramadhan berasal dari kata ÙB yang artinya
membakar. Kita melakukan shaum di bulan
ramadhan, bulan pembakaran, yang dibakar tentunya adalah segala sifat buruk dan prilaku hidup kita
yang tidak benar misal nya malas, iri, dengki, permusuhan dsb, dengan demikian akan terbentuk suasana jiwa
ramadhan yaitu kesiapan hati untuk menerima bimbingan langsung dari Allah
Swt. Dalam situasi Shaum, di mana pada saat itu kita dapat menahan dan mengendalikan
kebutuhan yang cenderung dapat menguasai diri. Pengendalian itu sesungguhnya
hendak menempatkan kembali kebutuhan sebagai support atau pendukung hidup, di
samping mengukuhkan kembali fungsi hidup
manusia sebagai seorang Khalifah. Memang, semua orang yang
hidup harus makan, tapi apa yang dimakan, cara memperolehnya dan bagaimana
menikmatinya pasti berbeda-beda. Ini menunjukkan bahwa perbedaan antara manusia
yang satu dengan lainnya bukan sekedar apa yang dibutuhkannya tapi apa yang
terjadi di dalam dirinya yang telah mendorongnya untuk memilih suatu kebutuhan
dan juga cara memperolehnya. Perbedaan-perbedaan inilah yang telah menciptakan
berbagai fenomena kehidupan. Maka Al-Qur’an, mendorong agar manusia menggunakan
potensi-potensi penting dalam dirinya karena Al-Qur’an akan memperbaiki dan
mengoptimalkan otak manusia, seperti mengajak manusia berpikir logis dan
menggunakan hati nurani secara tepat, menggunakan aqal untuk melakukan
pertimbangan, memperhatikan agar memilih informasi-informasi yang bermanfaat,
mendukung manusia untuk menuntut ilmu serta penegasan pentingnya hubungan yang
harmonis antar manusia. Tidak satupun potensi hidup manusia diabaikan dan
dibunuh, tapi semua harus diletakkan pada tempatnya dan dikendalikan kepada
tujuannya, yaitu Allah.
Tanggung jawab hidup manusia tidak hanya
sekedar untuk dirinya sendiri, tapi juga bertanggung jawab terhadap
keseimbangan dan keharmonisan interaksi dengan luar dirinya. Jadi, siapapun
yang menempatkan Al-Qur’an sebagai Hudan, maka akan sanggup mengatur dan
mengendalikan dirinya dalam rangka keseimbangan serta keharmonisan interaksi
dengan luar dirinya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Al-Qur’an hudalinnaas, petunjuk bagi manusia,
petunjuk untuk mencapai Al Haq.
Apabila setiap hari senantiasa membaca dan mempelajari
Al-Qur’an, maka akan
terbentuk 3 kemampuan yaitu:
1. Hudan, dia akan selalu mendapatkan petunjuk jawaban serta penyelesaian dari seluruh permasalahan hidupnya
2. Bayyinati minal huda, dia akan mendapatkan kemampuan berfikir yang
jelas dan wawasan dalam menjalani hidupnya.
3. Furqan,dia akan memiliki kemampuan membedakan untuk
memilah dan memilih mana yang benar atau salah dalam hidupnya.
Petunjuk bagi manusia,
petunjuk untuk mengembangkan kemampuan an naas, yaitu kemampuan manusia berinteraksi dengan luar diri dalam
rangka memenuhi kebutuhannya.Tentulah manusia mempunyai kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya.
Manusia juga mempunyai kemampuan
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan menjawab tantangan hidup yang
dihadapinya. Hidup mendorong manusia melakukan sesuatu, beraktifitas,
bergerak bahkan mempertahankannya. Dorongan ini kadang begitu kuatnya sehingga
yang diperlukan adalah keyakinan terhadap kebenaran bukan
selalu membenarkan kebiasaan Seperti
kelaparan yang hanya butuh makanan, tidak peduli makanan itu baik atau tidak,
pokoknya cukup yakin dan percaya.
Kebutuhan
perut dan kebutuhan seks telah menjadi realita kehidupan sehari-hari.
Penderitaan dan kesengsaraan mengancam kehidupan manusia bila kebutuhan
tersebut
Untuk itulah maka Allah menurunkan petunjuk bagi manusia,
Hudalinnaas, seperti ternukil dalam QS. Al Baqarah ayat 185 :
(beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan,
bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara
yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di
negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan
itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka
(wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada
hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu
bersyukur
TANDA
|
ARTI
|
CONTOH
|
رضا
|
Tanpa Keluh Kesah
|
Cobaan apapun yang menimpa kita baik itu kesusahan ataupun kesenangan kita
menjalaninya dengan lapang dada dan tidak selalu mencari hikmah dan nilai dari apa yang terjadi.
|
صبر
|
Tanpa Batas
|
Apabila
mendapatkan cemoohan atau kritikan dari siapa saja hendaknya jangan bersikap
reaktif dan emosional.
|
اخلاص
|
Tanpa Beban
|
Apapun tugas yang didapat baik dari guru maupun orang tua selalu
diselesaikan dengan rasa tanggung jawab.
|
didalamnya kecerdasan serta dengan
lapang hati, dimulai dengan membaca Surah Al Baqarah 2:185
<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-6303669560088871"crossorigin="anonymous"></script>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar