KHOTBAH IDUL ADHA TENTANG PENGORBANAN
Khutbah I
اَللهُ
أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ
اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ
أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً
وَأَصِيْلاً، لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ
وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ
وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ. اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَمَاتَ
وَ أَحْيَى. اَلْحَمْدُ للهِ الًّذِيْ أَمَرَنَا بِالتَّقْوَى وَ نَهَانَا عَنِ
اتِّبَاعِ الْهَوَى. اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ جَعَلَ لَنَا عِيْدَ الْفِطْرِ وَ
اْلأَضْحَى. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ نِعْمَ الْوَكِيل وَنِعْمَ
الْمَوْلَى، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَ
مَنْ يُنْكِرْهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيدًا. وَ صَلَّى اللهُ عَلَى
سَيِّدِنَا وَ حَبِيْبِنَا الْمُصْطَفَى، مُحَمَّدٍ نَبِيِّ الْهُدَى، الَّذِيْ
لاَ يَنْطِقُ عَنْ الْهَوَى، إِنْ هُوَ إِلاَّ وَحْيٌ يُوْحَى، وَ عَلَى اَلِهِ وَ
أَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدقِ وَ الْوَفَا. اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِمَّنْ
اِتَّبَعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْجَزَا. أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأيُّهَا
الإِخْوَان، أُوْصِيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ،
قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ
الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ إِنَّا
أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ
الْأَبْتَرُ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ .
Jamaah shalat Idul
Adha hadâkumullâh, Segala puji bagi Allah swt, Tuhan alam semesta, yang
telah menganugerahkan berjuta kenikmatan kepada kita di antaranya adalah
kenikmatan beridul adha tahun 1443 H dengan penuh suka cita, Semua ini harus kita
syukuri sebagai hamba yang tahu diri, karena segala yang terjadi di muka bumi
ini, Allahlah yang paling mengerti. Pada tahun ini, kita kembali merayakan Idul
Adha dalam bebas namun kita tetap waspada akan bahaya covid 19 . Begitu juga
ibadah kurban yang selalu mengiringi hari raya ini pun tidak serta merta bisa
dilaksanakan dengan leluasa karena berjangkitnya penyakit mulut dan kuku pada
binatang korban . Sekali lagi, ini adalah wujud ikhtiar kita bersama untuk
menjaga diri, sehingga negeri ini mampu melewati takdir yang telah didatangkan
oleh Allah yang maha tinggi.
اللهُ
أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ ولله الحمد
Berkurban merupakan syiar Islam yang hampir semua orang
mengetahui akan anjuran dan pahala besar yang didapatkan oleh muslim yang
melaksanakannya. Anjuran berkurban tentu saja hanya bagi orang yang mampu
secara finansial. Namun demikian, tidak semua orang kaya melaksanakan kurban;
bisa jadi karena mempersiapkan untuk kebutuhan tertentu, prioritas hal lain,
keengganan, dan lain sebagainya. Bagaimanakah pandangan fiqih Islam perihal
orang mampu secara finansial namun tidak melaksanakan kurban? Hukum
berkurban diperselisihkan oleh para ulama. Menurut pendapat mayoritas ulama
dari kalangan Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hambaliyah hukumnya sunah. Artinya
sesuatu yang apabila dilakukan mendapat pahala, bila ditinggalkan tidak
berdosa. Di antara argumen mayoritas ulama adalah hadits Ibnu Abbas, beliau
mendengar Nabi bersabda:
ثَلَاثٌ هُنَّ عَلَيَّ فَرَائِضُ
وَهُنَّ لَكُمْ تَطَوُّعٌ اَلْوِتْرُ وَالنَّحَرُ وَصَلَاةُ الضُّحَى.
Artinya :“Tiga hal yang wajib bagiku, sunah bagi kalian yaitu
shalat witir, kurban, dan shalat Dhuha” (HR Ahmad dan al-Hakim).
Dalam riwayat Imam al-Tirmidzi disebutkan sabda Nabi:
أُمِرْتُ بِالنَّحَرِ وَهُوَ
سُنَّةٌ لَكُمْ
Artinya: “Aku diperintahkan berkurban, dan hal tersebut sunah
bagi kalian” (HR al-Tirmidzi).
Dalam haditsnya Ummu Salamah disebutkan bahwa Nabi bersabda:
إِذَا رَأَيْتُمْ هِلَالَ ذِيْ
الْحِجَّةِ وَأَرَادَ أَحَدُكُمْ أَنْ يُضَحِّيَ، فَلْيُمْسِكْ عَنْ
شَعَرِهِ وَأظْفَارِهِ .
Artinya:“Bila kalian melihat hilal Dzulhijjah dan salah
seorang dari kalian menghendaki berkurban, maka tahanlah rambut dan kukunya
(untuk tidak dipotong)” (HR. Muslim dan lainnya).
Di antara argumen Abu Hanifah adalah haditsnya Abu Hurairah
bahwa Nabi bersabda:
مَنْ وَجَدَ سَعَةً لِأَنْ
يُضَحِّيَ فَلَمْ يُضَحِّ فَلَا يَحْضُرْ مُصَلَّانَا
Artinya:“Barang siapa mampu berkurban dan ia tidak melaksanakannya,
maka janganlah ia menghadiri tempat shalat kami(HR. al-Baihaqi).
Jamaah Idul Adha yang dirahmati Allah swt, Dalam situasi sulit
yang sedang melanda, Hari Raya Idul Adha tak boleh kehilangan makna dan
esensinya. Idul Adha mengajarkan kepada kita bagaimana berani berkurban dengan
apa yang kita punya untuk membatu orang lain yang membutuhkan uluran tangan
kita. Di antaranya adalah dengan ibadah kurban yang merupakan wujud pengorbanan
untuk kemanusiaan pada sesama. Kita harus bisa mengambil hikmah mulia, ketika
Allah Swt memerintahkan Nabi Ibrahim as untuk menyembelih putra semata
wayangnya, Nabi Ismail as. Perintah suci ini mengandung makna bahwa hidup perlu
pengorbanan untuk memperkuat tali persaudaraan antarsesama. Manusia
adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Manusia merupakan makhluk
yang membutuhkan orang lain dalam mewujudkan eksistensi. Maka ketika kita ada
kelebihan rezeki dan bisa berkorban dengan korban bagi orang lain di tengah
pandemi, alangkah baiknya tidak ditunda-tunda lagi. Yakinlah, bahwa korban kita
akan diterima Allah Swt dan akan dilipatgandakan pahalanya karena benar-benar
mampu membantu orang lain yang sedang mengalami kesulitan dan duka. Dalam
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah ra
Rasulullah bersabda:
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا
نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ
عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ
Artinya: “Siapa yang menyelesaikan
kesulitan seorang mukmin dari berbagai kesulitan-kesulitan dunia, niscaya Allah
akan memudahkan kesulitan-kesulitannya pada hari kiamat. Siapa yang memudahkan
orang yang sedang kesulitan niscaya Allah mudahkan baginya di dunia dan
akhirat.
اللهُ
أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ ولله الحمد
Jamaah Idul Adha yang
dirahmati Allah swt, Kisah keteguhan iman dan kerelaan Nabi Ibrahim dalam
mengorbankan sesuatu yang paling dicintainya, patut dicontoh oleh kita semua.
Ketika kita mengorbankan sesuatu bagi sesama, maka marilah kita berikan yang
terbaik untuk mereka. Kita tak perlu khawatir jika harta yang kita berikan di
jalan Allah akan berkurang jumlahnya. Malah sebaliknya, Allah telah berjanji
bahwa siapa saja memberikan yang terbaik dari hartanya dalam rangka kepatuhan
menjalankan perintah-Nya, maka akan dilipatgandakan dengan jumlah yang tidak
terduga-duga bagi siapa saja yang dikehendaki Allah swt. Hal ini ditegaskan
dalam surah Al-Baqarah ayat 261 berbunyi:
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ
فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ
سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ
وَاسِعٌ عَلِيم .
Artinya:"Perumpamaan orang-orang yang
menafkahkan harta mereka di jalan Allah adalah dengan butir benih yang
menumbuhkan tujuh butir, pada setiap butir seratus biji. Allah (terus-menerus)
melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki.Dan Allah Mahaluas (karuniaNya)
laga Maha Mengetahui."
اللهُ
أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وللهِ الْحَمْدُ
Jamaah Idul Adha yang dirahmati Allah
swt, Ibadah kurban yang telah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim as juga
memiliki makna ajaran untuk menjunjung tinggi kemanusiaan dalam beragama. Kita
perlu merenungkan mengapa Allah swt mengganti Nabi Ismail as dengan seekor
domba. Hal ini mengandung hikmah di antaranya tidak diperbolehkannya
mengorbankan dan meneteskan darah manusia. Penggantian “objek kurban” dari
manusia ke binatang juga mengandung makna bahwa manusia memiliki hak untuk
hidup di dunia. Siapa pun atas nama apa pun tidak boleh menghilangkannya.
Kedisiplinan kita dalam menjaga diri, yang dimulai dari diri sendiri, akan
berdampak kepada keselamatan orang lain sehingga kemanusiaan pun bisa kita
junjung tinggi. Allah Swt berfirman dalam QS Al Maidah ayat 32:
مَنْ قَتَلَ
نَفْسًاۢ بِغَيْرِ نَفْسٍ اَوْ فَسَادٍ فِى الْاَرْضِ فَكَاَنَّمَا قَتَلَ
النَّاسَ جَمِيْعًاۗ وَمَنْ اَحْيَاهَا فَكَاَنَّمَآ اَحْيَا النَّاسَ جَمِيْعًا
Artinya: “Barangsiapa membunuh seseorang,
bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan
di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Barangsiapa
memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara
kehidupan semua manusia.”
اللهُ
أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وللهِ الْحَمْدُ
Jamaah Idul Adha yang dirahmati Allah swt, Seorang mukmin yang telah ridha Allah Ta’ala sebagai Tuhannya,
Islam sebagai agamanya dan Muhammad ﷺ sebagai Nabi dan Rasulnya, yang hatinya
telah merasakan manisnya iman, pasti akan menyambut seruan Allah Ta’ala untuk
berkurban dan mencurahkan segala sesuatu dalam rangka mendapatkan
keridhaan-Nya.
Pengorbanan itu bisa berupa apa saja, jiwa, harta, waktu, umur,
tenaga dan apa saja yang seseorang miliki baik yang berharga maupun tidak.
Bahkan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam pun sampai pada tingkatan mengorbankan
anaknya dalam rangka memenuhi perintah Allah Ta’ala.
Di dalam Al-Quran banyak dikisahkan pengorbanan
orang-orang shalih dan para nabi ‘alaihimus salam. kisah-kisah mereka
memberikan contoh terbaik untuk diteladani dalam masalah berkorban karena
Allah. Sebagian dari kisah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kisah Kurban kedua
anak Adam
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang kisah kedua Anak Adam yaitu
Habil dan Qobil,
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ
نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ
أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ ۖ قَالَ
إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
.لَئِنْ بَسَطْتَ إِلَيَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِي مَا أَنَا بِبَاسِطٍ يَدِيَ
إِلَيْكَ لِأَقْتُلَكَ ۖ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِين.
Ceritakanlah
kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang
sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah
seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil).
Ia berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu!”. Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah
hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa”.
“Sungguh
kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali
tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku
takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam”.
[Al-Maidah: 27-28}
Dalam ayat ini Allah mengatakan bahwa Anak Adam yang
Shalih itu tidak mau melakukan tindak pembelaan diri untuk balas menyerang
saudaranya saat diancam hendak dibunuh. Dia bersedia berkorban nyawa agar tidak
melakukan dosa pembunuhan kepada saudara kandungnya sendiri yang dengki
kepadanya karena kurbannya diterima Allah Ta’ala. Padahal dia bukanlah orang
yang lemah. Justru lebih kuat dari saudaranya yang zhalim tersebut. Imam Ibnu
Katsir dalam tafsirnya menukil perkataan sahabat Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu
‘anhuma yang berkata,:“Demi Allah, sesungguhnya dia (yaitu anak Adam yang
terbunuh) adalah orang yang terkuat di antara keduanya. Tetapi dia tidak ingin
membunuh saudaranya karena takut dosa dan karena sifat wara’nya.”
2. Kisah Pengorbanan
Nabi Nuh ‘alaihis salam dalam berdakwah kepada Allah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengisahkan betapa kerasnya
perjuangan dan pengorbanan Nabi Nuh ‘alaihis salam dalam mendakwahi kaumnya
agar beriman kepada Allah selama 950 tahun. Allah Ta’ala berfirman,
قَالَ رَبِّ إِنِّي
دَعَوْتُ قَوْمِي لَيْلًا وَنَهَارًا. فَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَائِي إِلَّا
فِرَارًا. وَإِنِّي كُلَّمَا
دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَ لَهُمْ جَعَلُوا أَصَابِعَهُمْ فِي آذَانِهِمْ
وَاسْتَغْشَوْا ثِيَابَهُمْ وَأَصَرُّوا وَاسْتَكْبَرُوا اسْتِكْبَارًا .ثُمَّ
إِنِّي دَعَوْتُهُمْ جِهَارًا.ثُمَّ إِنِّي
أَعْلَنْتُ لَهُمْ وَأَسْرَرْتُ لَهُمْ إِسْرَارًا
Artinya:Nuh
berkata: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang,maka
seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran).Dan sesungguhnya
setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka,
mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya
(kemukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan
sangat.Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara
terang-terangan,kemudian sesungguhnya aku (menyeru) mereka (lagi) dengan
terang-terangan dan dengan diam-diam, [Nuh:
5-9]
Dari paparan singkat tersebut sudah bisa terbayangkan
pengorbanan, waktu, tenaga, pikiran, dan perasaan, yang dicurahkan oleh Nabi
Nuh ‘alaihis salam dalam upaya dakwahnya dalam kurun waktu yang sangat panjang.
Namun demikian qadarullah hasilnya tidak sebagaimana yang beliau harapkan.
3. Kisah Pengorbanan
Nabi Ibrahim dan Ismail ‘alaihimas salam.
Mengenai kisah pengorbanan nabi Ibrahim dan Nabi
ismail sudah sedemikian terkenalnya dan sudah sangat sering kita dengarkan. Silahkan
dibaca di surat Ash-Shaffat : 99-111.
4. Kisah Pengorbanan
Nabi Musa ‘alaihis salam dalam mendakwahi Firaun
Fir’aun adalah
raja paling zalim dalam sejarah Mesir kuno. Kisah nabi Musa merupakan kisah
paling panjang dalam Al-Qur’an. Jumlah ayat yang menyebut nama Nabi Musa di
dalam al-Qur’an jauh lebih banyak dari jumlah nama Nabi Muhammad ﷺ . Begitu banyak pelajaran yang
bisa diambil dari kisah tersebut, terutama kesabaran dan kelapangan dada Nabi
Musa as dalam berdakwah kepada Firaun dan Bangsa Israel yang keras kepala.
Tidak mengherankan bila beliau memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وللهِ
الْحَمْدُ
5. Kisah Jihad dan
pengorbanan Nabi Muhammad ﷺ
dan para sahabatnya.
Rasulullah
Muhammad ﷺ merupakan Nabi yang paling besar capaiannya dalam
mendakwahkan risalah Allah Subhanahu wa Ta’ala di muka bumi ini. Tidak ada nabi
dan rasul yang diutus Allah Ta’ala di dunia ini yang pengikutnya melebihi
jumlah pengikut Nabi Muhammad ﷺ . Prestasi yang sangat luar biasa ini, setelah rahmat Allah
Ta’ala, pasti merupakan buah dari perjuangan keras dan pengorbanan yang sangat
besar dari beliau ﷺ , keluarganya dan para sahabatnya. Sejarah Islam banyak
mengisahkan usaha keras dan pengorbanan beliau dalam dakwah dan jihad.
Dalam bidang jihad di jalan Allah, tercatat dalam
sejarah bahwa beliau berperang secara langsung sebanyak 27 kali dalam kurun 8
tahun setelah hijrah ke Madinah sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan
oleh Syaikh Wahid Abdussalam Bali. Artinya dalam setahun beliau berperang
minimal 2 sampai tiga kali. Dari sekian peperangan tersebut, ada beberapa
perang besar yang diabadikan dalam al-Quran sebagai panduan dan pelajaran bagi
kaum Muslimin hingga hari kiamat.
Kisah Jihad dan pengorbanan Nabi Muhammad ﷺ yang diabadikan dalam al-Qur’an adalah perang Badar, perang Uhud, perang Ahzab, perang Hunain dan perang Tabuk.Semua ini menggambarkan besarnya pengorbanan Nabi Muhammad ﷺ dan kaum Muslimin generasi pertama. Kita sebagai generasi Islam masa kini bisa mengambil teladan dari mereka dalam masalah berkorban di jalan Allah Swt. Yang menjadi renungan kita sekarang , apa yang bisa kita korbankan untuk menegakkan agama Islam yang dibawa baginda Nabi Muhammad Saw, kalau Rasulullah Saw berkorban dengan jiwa dan hartanya untuk umatnya , setidak-tidak kita berkorban menjaga dan memelihara agama ini dan mengamalkan apa yang telah diwariskannya kepada kita , agar Rasulullah Saw berbangga hati melihat umatnya taat dalam menjalankan ibadahnya. Ya Rasulullah maafkan kami yang masih kurang berkorban, yang belum maksimal mengamalkan ajaranmu, yang belum maksimal menjaga agamamu, ya Allah ampunilah segala dosa-dosa kami, dosa kedua orang tua kami, dosa-dosa kaum muslimin dan muslimat, wafatkan kami dalam keadaan husnul khatimah dan kumpulkan kami didalam syurga-Mu bersama kekasih kami Nabi Muhammad Saw.
Demikianlah khotbah yang dapat kami sampaikan ,semoga pengorbanan kita dalam
rangka menjunjung tinggi kemanusiaan diterima oleh Allah Swt. Semoga kita akan
menjadi sosok yang membawa kemaslahatan bagi sesama dan kehidupan kita
senantiasa mendapatkan ridha dan keberkahan dari Allah swt. Amin
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي
وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ
مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ
قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
<head><script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-6303669560088871" crossorigin="anonymous"></script></head>
Khutbah II
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ
أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ
إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ
أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ
سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي إلىَ رِضْوَانِهِ.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ
وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا. أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ
اِتَّقُواااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ
اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلآ ئِكَتِهِ
بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ
النَّبِيِّ يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ
وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ
الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ
اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ
أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ
وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ
مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ
إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ
وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا
وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ
اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا
لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ
بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ
وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا
اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ
وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar