1.
Pembaca Al-Qur’an akan memperoleh ketenangan dan rahmat Allah.
Dalam satu hadist diceritakan bahwa ada seorang laki-laki membaca surat
Al-Kahfi, dan didekatnya ada seekor kuda tertambat dengan tali panjang.
Sekonyong-konyong datang awan menyelubungi tempat orang itu, sehingga kuda
tersebut berputar-putar ditambatannya lalu lari. Ketika hari telah pagi, orang
itu mendatangi Nabi Saw. lalu diceritakannya kepada beliau peristiwa yang dialaminya itu. Sabda
Nabi Saw., “Itulah
‘sakinah’ (para malaikat turun membawa ketenangan dan rahmat) bagi pembaca
Al-Qur’an.” (Shahih Muslim: 765)
2.
Orang yang membaca Al-Qur’an akan memperoleh perhatian dari Allah.
Dari Abu Hurairah r.a.,katanya dia
mendengar Nabi Saw bersabda: “Allah tidak menaruh perhatian terhadap
sesuatu, seperti perhatian-Nya terhadap Nabi ketika beliau melagukan Al-Qur’an
dengan suaranya yang indah dan keras.” (Shahih Muslim: 764)
3.
Orang yang membaca Al-Qur’an di ibaratkan jeruk yang rasanya manis.
Rasulullah Saw bersabda: “Perumpamaan orang mukmin yang membaca
Qur’an ialah seperti jeruk manis. Baunya harum dan rasanya manis. Dan
perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Qur’an ialah seperti kurma, tidak
berbau tetapi rasanya manis. Dan perumpamaan orang munafik yang membaca Qur’an
ialah seperti kemangi, baunya harum tetapi rasanya pahit. Dan perumpamaan orang
munafik yang tidak membaca Qur’an ialah seperti paria, tidak berbau dan rasanya
pahit.” (Shahih Muslim: 766)
4.
Mahir membaca Al-Qur’an akan memperoleh kemuliaan di akhirat.
Dari ‘Aisyah r.a.., katanya Rasulullah Saw
bersabda: “Orang (mukmin) yang mahir membaca Qur’an, maka kedudukannya di
akhirat di temani para malaikat yang mulia. Dan orang yang membaca Qur’an,
padahal dia gagap sehingga sulit baginya membaca, maka dia mendapat pahala
ganda.” (Shahih Muslim: 767)
5.
Disukai membaca Al-Qur’an di hadapan orang-orang pintar.
Dari Anas r.a., katanya Rasulullah Saw
bersabda kepada Ubay bin Ka’ab r.a., sabdanya: “Sesungguhnya Allah
menyuruhku supaya membacakan kepadamu: “Lam yakunil ladzina kafaru (Surat
Al-Bayyinah).” Tanya Ubay, “Apakah Allah menyebut namaku kepada anda?”
Jawab Rasulullah Saw: “Ya, Allah menyebut namamu.” Lalu Ubay menangis karenanya. (Shahih
Muslim: 768)
6.
Keutamaan menyimak bacaan Al-Qur’an dan menghayatinya.
Dari ‘Abdullah Ibn Mas’ud r.a., katanya
Rasulullah Saw bersabda kepadanya, sabdanya: “Bacakanlah Qur’an kepada-ku!” Jawabku,
“Bagaimana pula aku harus membacakan-nya kepada anda, sedangkan Qur’an itu sendiri
diturunkan kepada anda.” Sabda beliau, “Aku ingin mendengarkannya dari orang
lain.” Karena itu, kubacakan kepada beliau Surat An-Nisā’. Ketika bacaanku
sampai kepada ayat: “Fakaifa idza ji’na min kulli ummatin bisyahidin wa
ji’na bika haulai syahida.” [Maka bagaimanakah halnya orang kafir nanti,
apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami
mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai ssaksi atas mereka itu (sebagai umatmu).]
(An-Nisā’ :41); Ketika itu aku mengarahkan pandanganku kepada beliau, maka
kelihatan olehku air mata-nya mengalir.” (Shahih Muslim: 769)
7.
Keutamaan membaca Al-Qur’an dalam shalat.
Dari ‘Abu Hurairah r.a., katanya Rasulullah
SAW bersabda: “Sukakah kamu, bila kamu pulang kerumahmu lantas kamu mendapati
tiga ekor unta yang sedang bunting dan gemuk-gemuk?” Jawab kami, “Tentu, ya,
Rasulullah!” Sabda beliau,“Membaca tiga ayat dalam shalat lebih bagus nilainya
dari ketiga unta bunting itu.” (Shahih Muslim: 770)
8. Orang yang
membaca Al-Qur’an memperoleh Syafa’at di akhirat kelak.
Rasulullah SAW bersabda: “Bacalah Al-Qur’an, karena dia akan datang
memberi syafa’at kepada pembacanya pada hari kiamat nanti. Bacalah Zahrawain,
yakni surat Al-Baqarah dan ‘Ali ‘Imran, karena keduanya akan datang pada hari
kiamat nanti, seperti dua tumpuk awan menanungi pembacanya, atau seperti dua
kelompok burung yang sedang terbang dalam formasi hendak membela pembacanya.
Bacalah Al-Baqarah, karena dengan membacanya beroleh berkat, dan dengan tidak
membacanya beroleh penyesalan, dan pembacanya tidak dapat dikuasai (dikalahkan)
oleh tukang-tukang sihir.” (Shahih Muslim: 771)
9.
Keutamaan surat “Al-Fatihah”, surat “Al-Baqarah” dan surat Al Kahfi
Dari Ibnu ‘Abbas r.a., katanya: “Pada suatu
waktu, ketika Jibril sedang duduk di samping Rasulullah Saw, sekonyong-konyong
kedengaran suatu bunyi seperti pintu sedang di bukakan orang. Lalu diangkatnya
kepalanya, seraya berkata: “Nah! Inilah pintu langit dibukakan hari ini, dimana
tidak pernah dibuka melainkan baru hari ini.” Dari pintu itu turun malaikat.
Kata Jibril,” Inilah malaikat turun ke bumi. Dimana dia tidak pernah turun
sebelumnya, melainkan baru hari ini.” Setelah malaikat itu memberi salam, lalu
dia berkata, “Gembirakanlah ummatmu dengan dua cahaya yang kedua-duanya hanya
diturunkan kepada-mu, dan tidak pernah diturunkan kepada para Nabi sebelum
kamu, yaitu: Surat Al-Fatihah dan ayat-ayat penutup surat Al-Baqarah
(ayat:284-286). Tidak satu huruf pun yang anda baca dari keduanya, melainkan
akan diberikan pahalanya kepada anda.”
Sabda Rasulullah Saw: “Siapa yang
membaca kedua ayat itu, yakni dari akhir surat Al-Baqarah, niscaya keduanya
akan memeliharanya dari bencana.” (Shahih Muslim: 772-773)
Orang yang membaca surat “Al-Kahfi” akan terpelihara dari kejahatan Dajjal.
Rasulullah Saw bersabda: “Siapa yang menghafal sepuluh ayat dari awal surat
“Al-Kahfi”, dia terpelihara dari bencana kejahatan Dajjal.” Dari Abu Qatadah r.a. dengan sanad yang sama: “Begitu pula ayat-ayat
penghabisan surat Al-Kahfi (ayat 102-110)
10. Membaca surat
“Al-Ikhlas” , Al Falaq dan An Naas.
Rasulullah Saw bersabda: “Tidak sanggupkah kamu membaca sepertiga
Qur’an dalam semalam?” Mereka balik bertanya, “Bagaimana cara membaca
sepertiganya?” Jawab Nabi Saw, “Qul huallahu Ahad. (surat Al-Ikhlas) sama nilainya dengan sepertiga Al-Qur’an.” [Lihat
Shahih Muslim: 777-780]
Keutamaan surat “Al-Falaq” dan surat “An-Nās” (Mu’awwidzatain)
Rasulullah Saw bersabda: “Tahukah kamu beberapa ayat yang diturunkan Allah tadi malam,
dan yang belum pernah ada bandingannya? Ayat-ayat itu ialah: Qul a’udzu
birabbil falaq Qul a’udzu birabbinnas (Surat Al-Falaq dan Surat An-Nas).”
(Shahih Muslim: 781)
<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-6303669560088871"crossorigin="anonymous"></script>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar